Teroka Dieng (2): Kisah Pangeran Kidang Garungan Hingga Pedasnya Cabai Gendot

Wonosobo tak hanya bicara tentang kelezatan Mie Ongklok ataupun Enthog Gobyos yang mengulik rasa di seputar lidah. Tetapi juga kisah tentang berbagai mitos yang ternyata masih bergulir dan dipercaya oleh banyak masyarakat di wilayah pegunungan Dieng. Kisah tentang sakit hatinya Kidang Garungan – seorang pangeran berwajah kijang yang merasa di-php-in oleh Shinta Dewi – ditengarai sebagai asal usul Kawah Sikidang, hingga minuman Purwaceng yang dipercaya sebagai penambah tenaga dan vitalitas oleh para pria. Semuanya terangkum dalam jalinan aksara yang dirangkai menjadi cerita.

KAWAH SIKIDANG

Ibarat sambutan kepada para pengunjung, bau belerang yang pekat dan menyengat menguar ketika kita sampai di pelataran parkir Kawah Sikidang. Dari kejauhan tampak kepulan asap putih yang membubung tinggi muncul dari kawah vulkanik raksasa. Material yang dikeluarkan dari kawah raksasa ini adalah air dan asap, dengan kandungan unsur belerang yang cukup tinggi. Sementara bebatuan andesit merupakan unsur utama yang menjadi penyusun kawah Sikidang.

Keunikan kawah ini karena dimana letak kawah utama yang dapat berpindah-pindah, bagaikan seekor kijang yang melompat-lompat. Sebuah fenomena alam yang akan jarang kita temukan dan menarik perhatian. Dalam kesehariannya kawah ini banyak dikunjungi orang-orang yang ingin menyaksikan aktifitas gunung berapi, yang terlihat jelas pada letupan-letupan kecil lumpur panas vulkanik dan gas ataupun asap putih yang mengepul ke udara. Suhu di permukaan kawah diperkirakan dapat mencapai 80-90 derajat Celcius. Kalian sebaiknya membawa masker penutup hidung, dikarenakan aroma belerang yang pekat jika terhirup dapat menyebabkan dada menjadi sesak, pusing dan perut mual.  Pengunjung akan makin bertambah terlebih lagi pada akhir pekan atau hari libur.

00__P5870203
Kawah Sikidang, dengan letter sign yang cukup besar dan mengganggu pemandangan. Dok: Pribadi

Kalian juga dapat menikmati kudapan ringan berupa kue sagon yang dapat dibeli di warung-warung yang berderet di seputar kawah. Olahan kue sederhana ini terbuat dari parutan kelapa, tepung, garam dan gula yang dimasukkan dalam wadah terbuat dari aluminium. Proses pembuatannya dengan cara memanaskan olahan kue dalam wadah aluminium pada bagian bawah dan atasnya. Media pemanasnya berupa bara dari arang kayu. Tak butuh waktu lama menuggu hingga kue sagon siap dinikmati. Harganya juga masih terjangkau. Untuk rasa original Rp5000, sementara yang memakai topping coklat atau macam-macam selai Rp6000. Jangan lupa mencoba kue Sagon ini ya, rasanya gurih dan manis.

00__P5870238
Kue Sagon. Dok: Pribadi

ANAK RAMBUT GEMBEL

Fenomena Kawah Sikidang tak dapat dipisahkan pula dari keunikan penduduk yang tinggal di seputar kawah, yaitu adanya anak-anak berambut gembel. Keberadaan mereka tak lepas dari cerita rakyat yang beredar hingga akhirnya menjadi legenda di sana. Anak yang dianggap istimewa ini menurut kearifan lokal penduduk setempat, rambutnya belum boleh dipotong jika ia tidak memintanya sendiri. Mereka biasanya juga mempunyai permintaan yang harus dituruti oleh orang tuanya, sebelum ia memutuskan untuk memangkas rambut gembelnya. Seandainya rambut gembel mereka dipangkas secara sengaja dan permintaan mereka tidak dipenuhi, maka rambut gembelnya akan tumbuh kembali disertai sakit panas berkepanjangan.

“Anak berambut gembel tidak hanya ada di Dieng saja, tetapi di beberapa tempat lainnya ada juga. Mereka mempunyai kelebihan dan aura yang berbeda dari anak kebanyakan. Tidak ada faktor keturunan maupun genetika yang menyebabkan mereka menjadi berambut gembel. Ini suatu anugerah,” papar mbak Choty kepada tim kami. Ia dahulu adalah seorang anak berambut gembel, saat ini ia bekerja sebagai pemandu wisata di seputar Dieng.

00__P5870250
Anak berambut gembel, mereka mempunyai “kelebihan” dibanding anak-anak lainnya. Dok: Pribadi

Ritual pemotongan rambut gembel rutin digelar setiap tahunnya dalam acara perayaan adat yang dikenal dengan nama Ruwatan Potong Rambut Gembel. Acara ini diselenggarakan sebagai perpaduan atraksi budaya dan pariwisata yang dikenal dengan nama Dieng Culture Festival, biasanya digelar setiap bulan Agustus.

TELAGA WARNA

Kalian dapat bergeser mengunjungi Telaga Warna yang terletak tidak begitu jauh dari Kawah Sikidang. Telaga ini mempunyai gradasi warna hijau hingga kebiruan yang terjadi karena tingginya endapan sulfur pada dasar danau. Saat sinar matahari mengenai permukaan danau akan menghasilkan permukaan air menjadi berwarna-warni.

Luas Telaga Warna mencapai kurang lebih 39,60 ha, dahulu merupakan bekas letusan gunung purba Dieng. Pada beberapa titik masih mengeluarkan gelembung-gelembung akibat kandungan belerangnya. Di sebelah Telaga Warna kita dapat menjumpai Telaga Pengilon. Menikmati jagung bakar sembari berjalan menyusuri pinggiran telaga dengan hawa yang dingin akan lebih membuat perjalanan kalian makin menyenangkan.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Telaga Warna. Foto diambil dari atas bukit. Dok: Pribadi

Kawasan Dataran Tinggi Dieng menyimpan banyak potensi wisata yang dapat dikunjungi para pelancong pada saat liburan. Tentunya dengan tetap memperhatikan tata tertib dan peraturan yang berlaku di tempat wisata. Pergunakanlah pakaian dan alas kaki yang nyaman serta jangan lupa mengenakan jaket untuk menghangatkan tubuh, karena udara di seputar Dieng cukup dingin lagi berkabut serta kadang-kadang turun hujan. Bawalah selalu bekal minuman supaya tidak terkena dehidrasi. Yang terpenting buanglah sampah pada tempatnya. Berwisatalah dengan aman dan tetap beretika.

OLEH-OLEH KHAS DIENG

Dataran Tinggi Dieng tak hanya mempunyai bentang keindahan alam yang luar biasa, tetapi juga menyimpan potensi flora yang menjadi andalan. Ada beberapa tumbuhan yang hanya tumbuh di Dieng seperti buah carica, purwaceng, dan cabai Dieng . Selain itu juga terdapat terong Belanda, atau biasa disebut oleh warga sekitar sebagai buah Kemar. Berbagai hasil bumi itu pun akhirnya diolah menjadi oleh-oleh khas Dieng yang banyak dibuat di industri rumahan (home industry).

Buah Carica berbentuk seperti pepaya tapi kecil-kecil dan dagingnya berwarna kekuningan. Sebagai pepaya gunung, Carica hanya bisa tumbuh di ketinggian 1500-3000 mdpl. Di Indonesia, kalian hanya bisa menemukan buah carica di Dataran Tinggi Dieng.

 

Disalah satu industri rumahan – Exotic Carica – kalian dapat melihat secara langsung proses pembuatan manisan Carica, salah satu primadona oleh-oleh khas Dieng. Ibu Sri Endarwati (42 tahun) pemilik dari industri rumahan ini, menjelaskan proses pembuatan manisan carica kepada tim kami. Ia sangat memperhatikan proses dan juga tingkat kebersihannya.

“Buah Carica yang sudah dipotong kecil-kecil akan dicuci dan dibersihkan hingga dua kali supaya benar-benar bersih dari getahnya. Kami mencucinya dengan air hangat. Selama proses pembersihan, buah dan biji carica dipisahkan. Kemudian, biji tersebut direbus dan dijadikan sebagai bahan sirup manisan carica,” Ibu Sri memulai penjelasannya.

“Setelah itu daging buah carica yang dipotong-potong tadi dicampur dengan sirup beserta gula dan dimasukkan ke dalam wadah plastik, kemudian di-press. Proses selanjutnya wadah plastik yang sudah di-press tersebut direbus kembali di air panas untuk memastikan tidak ada bakteri yang masuk,” imbuhnya.

00__P5870131
Pengemasan produk Carica, Terong Belanda, dll.

Ibu Sri sangat memperhatikan kualitas manisan carica yang dibuat. Gula yang dipakaipun murni gula pasir dan mengalami proses perebusan, ini bertujuan supaya tidak ada bakteri yang masuk. Sebelum diberikan label merk dagang, akan ada proses pen-sortir-an lagi. Jika tidak lolos quality control (QC) akan direbus ulang. Tampak beberapa cup yang tidak lulus sortir di sudut ruangan.

Tidak hanya manisan carica, di tempat oleh-oleh ini juga terdapat dodol carica, sirup carica dan keripik carica yang bisa kita bawa pulang sebagai buah tangan.

Selain itu kalian juga dapat membeli olahan minuman purwaceng. Purwaceng (Pimpinella pruatjan) adalah gingseng khas Dieng. Banyak kalangan menyebut Purwaceng sebagai Viagra Indonesia karena akarnya memiliki sifat diuretika dan digunakan sebagai aprosidiak (penambah stamina). Selain itu berkhasiat pula untuk menghangatkan tubuh. Tumbuhan Purwaceng saat ini kebanyakan hanya dapat ditemukan di Dataran Tinggi Dieng.

00__P5870152
Cabai Gendot, pedasnya juwara!

Kalian pecinta rasa pedas? Cabai Dieng dapat juga kalian beli sebagai oleh-oleh. Cabai Dieng yang disebut juga Cabai Gendot berukuran mini dan gendut-gendut dengan kulit yang agak meliuk dan bertekstur halus. Warnanya yang cerah menyala mengingatkan akan cabai paprika yang rasanya tak pedas. Jangan salah, cabai gendot justru benar-benar pedas dan bisa membuat lidah berasa seperti terbakar! Bahkan ada yang mengatakan jika rasa pedasnya setara dengan cabai habanero yang tingkat kepedasannya mencapai 350.000 skala Scoville. Sangat pedas bukan!

PENUTUP

Dataran Tinggi Dieng menyimpan berjuta cerita untuk ditelusuri. Meneroka atraksi wisata juga kekayaan kulinernya seakan tak ada habisnya. Para penduduk lokal yang ramah, mereka hidup berdampingan dengan damai. Ada banyak cerita tentang mitos-mitos kepercayaan yang terus bergulir hingga saat ini. Kita juga dapat menelisik kisah-kisah adi luhung para Dewa, terpahat pada relief di batu-batu penyusun candi. Bermakna tentang kehidupan yang tinggi, tersimpan rapi dan tersembunyi dalam kabut dan misteri. Setiap tempat menemukan caranya sendiri untuk menggulirkan cerita.

Dieng, aku tresno marang saliramu.

#dieng #diengplateau #telagawarna #anakrambutgembel #kawahsikidang #purwaceng #carica

8 Replies to “Teroka Dieng (2): Kisah Pangeran Kidang Garungan Hingga Pedasnya Cabai Gendot”

    1. Biasanya pas acara DCF sangat penuh sesak, mas. Tapi memang ritual pemotongan rambut gembel ya cuma pas event itu doang sih… Hehehe

      Bisa dijadwalkan DCF tahun depan, mas. Atau kalau mau lihat Dieng pas best view ya antara Agustus – Oktober

      Liked by 2 people

      1. Waduhhh.. tahun depan ajalah ke dieng nya mas kalo gitu.. soalnya aku cuti baru dapat bulan 10 ini.. susah yang masih karyawan ni mas.. 😁

        Liked by 1 person

Leave a comment