Petualangan Bambu Rafting Loksado

Veni Vini Amari. We came, we saw, we loved. Selarik kalimat ini seketika tertanam di benakku. Deretan kalimat yang kutemukan tertulis pada sebuah brosur tentang wisata rafting yang aku temukan di bandara Syamsudin Noor International Airport. Kali ini aku “terdampar” di Banjarmasin. Kota besar yang saat ini menunggu di depan mata untuk diteroka. Aku tertarik untuk mencoba rafting bambu di Loksado, setelah mendengar kisah temanku yang belum lama pulang dari sana. Seru dan menarik, apalagi melihat rekaman videonya. Sial! Bikin iri.

Perjalanan dari Banjarmasin ke Loksado memakan waktu hingga 5 jam menembus hutan dan perbukitan. Siang itu cuaca mendung ketika kami tiba di desa Loksado. Niat kami untuk mencoba wisata petualangan Bamboo Rafting atau rafting bambu hampir pupus. Hujan tampaknya bakalan turun, pikir kami serombongan. Rafting bambu memang menjadi salah satu wisata andalan di Kecamatan Loksado. Bedanya dengan rafting yang biasa kita temui adalah medianya menggunakan perahu dari bambu. Perahu bambu yang biasa disebut lanting oleh masyarakat setempat ini awalnya adalah sarana transportasi bagi suku Dayak di pegunungan Meratus mengangkut hasil perkebunan mereka untuk dijual ke pasar. Mereka memakai rakit bambu ini menyusuri sungai Amandit yang terletak di kabupaten Hulu Sungai Selatan, provinsi Kalimantan Selatan.

Baca juga: Pasar Terapung Banjarmasin

Dengan panjang sekitar 18 – 25 meter, terbuat dari sekitar 18 – 20 bambu yang dijejer dan selanjutnya diikat menggunakan paring atau kulit bambu, menjadikan rakit ini seperti gethek yang kita temui di daerah Jawa Tengah. Pada ujung depan rakit dibiarkan tidak dipotong, tetapi dibuat menyatu dan meruncing ke atas. Pak Jarkasih, operator wisata rafting bambu menegaskan bahwa permainan ini sudah teruji dan aman digunakan walaupun arus sungai Amandit cukup deras.

DCIM100MEDIA
Rakit bambu yang digunakan. Dok: Pribadi

“Pak, kita disediakan pelampung atau jaket keselamatan nggak?” tanyaku menegaskan.
“Tidak ada, mas. Tapi tenang saja, aman kok. Saya jamin,” jawab pak Jarkasih menyakinkanku.

Aku sempat kecut ketika melihat arus sungai Amandit yang mengalir cukup deras. Bagiku jaket keselamatan adalah peralatan standar bagi operator wisata air, tetapi disini tidak disediakan. Walaupun aku bisa berenang, tetapi aku harus berpikir dua kali demi meyakinkan diri bahwa petualangan ini aman. Tak lupa meminta tas plastik untuk memasukkan gawai dan peralatan elektronik lainnya. Beruntung aku juga membawa kamera yang tahan air.

Baca juga: Suka dengan air terjun? Ayuuk berkunjung ke Haratai

Petualangan Menyusuri Sungai
Rakit kayu berderak ringan ketika menyentuh air sungai, dan kamipun bertiga bergegas menaikinya. Satu rakit bambu dapat menampung maksimal 2 penumpang dan 1 orang “driver” yang bertugas mengarahkan rakit supaya tetap berjalan. Driver ini membawa beberapa batang bambu dengan panjang yang berbeda, fungsinya sebagai alat kayuh rakit tersebut. Di beberapa ruas sungai yang cukup dalam, dia akan menggunakan bambu yang panjang begitu sebaliknya dengan ruas sungai yang dangkal.

DCIM100MEDIA
Petualangan memacu adrenalin dimulai. Dok: Pribadi

Beberapa kali kami melewati aliran air sungai yang tenang, namun tak jarang melintas jeram yang cukup tinggi dan berarus deras. Disinilah baru terasa sensasi petualangan yang menguras adrenalin. Ketika melintas arus deras, kami harus berpegangan pada tali temali yang mengikat bambu. Kami harus jongkok atau duduk di atas rakit supaya tidak terpelanting dan tercebur ke sungai Amandit. Sungai ini berkedalaman 2 – 4 meter.

“Nggak ada buaya disini, mas. Ular juga tidak ada. Aman”, pak Jarkasih sepertinya tahu kekhawatiranku. Terima kasih, pak!

Baca juga: Jangan lupakan Balai Adat Malaris jika berkunjung ke Hulu Sungai Selatan

Beberapa kali kami harus menundukkan kepala ketika rakit melintasi bagian sungai dimana terdapat pohon besar yang dahannya rimbun di sisi sungai. Sungai Amandit memang melintas diantara hutan dengan tingkat kerapatan pohon yang cukup lebat. Pak Jarkasih orangnya sangat ramah, badannya kecil, gagah lagi berkulit legam. Keriput terlihat menghiasi kulitnya. Sudah cukup berumur tapi tenaganya sangat kuat. Dengan lincah ia berlari menjelajah di depan dan ke belakang ketika mengemudikan rakit bambu. Setiap kali melintas jeram kecil, ia selalu memperingatkan kami untuk siap-siap berbasah-basah.

“Awas depan ada dahan pohon! Merunduk! Pegangan! Awas jatuh ke sungai!” begitu teriaknya berkomando.

DCIM100MEDIA
Aksi driver yang menarik. Dok: Pribadi

Rakit Yang Kuat
Ternyata aku baru tahu bahwa dengan rakit bambu sepanjang 20 – 25 meter dan juga lebar, menjadikan rakit berjalan stabil di atas air. Tidak mungkin akan terbalik saking beratnya. Ujung rakit yang menyatu dan meruncing berguna menjadi semacam peredam (bumper) dan pegas ketika ketika rakit melintas jeram dimana terdapat batu-batu di tengah sungai yang cukup besar. Ketika rakit itu menghantam batu-batu-besar, maka rakit itu tidak akan tersangkut. Berbeda dengan ujung rakit yang dipotong rata, kemungkinan tersangkut batu akan lebih besar. Tentu saja akan mengurangi sensasi petualangan.

Baca juga: Makanan gurih nan lezat di Kandangan, Hulu Sungai Selatan – Banjarmasin

Pak Jarkasih menyalakan rokok kretek di tangannya. Menghisapnya dalam-dalam dan seketika menyemburkan asapnya membumbung ke udara.

“Kalau kita beruntung kita bisa melihat bekantan yang ada di atas pohon, mas,” pak Jarkasih berkata sambil menghisap rokoknya. Sudah setengah batang rokoknya tersisa.

Mataku menjelajah rerimbunan pohon-pohon besar di samping kiri kanan sungai, berharap barangkali bisa melihat binatang yang menjadi ikon dari provinsi Kalimantan Selatan ini di habitat aslinya. Rakit sengaja berjalan pelan di sungai, walau demikian setelah beberapa lama tak tampak satupun bekantan yang kelihatan. Bekantan adalah binatang yang memang tergolong pemalu.

DCIM100MEDIA
Aman kok, nggak usah takut. Dok: Pribadi

Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Tak terasa hampir 3 jam kami melintas sungai dan menyusurinya menggunakan rakit bambu. Dari informasi yang aku dapatkan, batas terakhir wisata rafting bambu ini adalah jam 3 sore. Ini dikarenakan jarak tempuhnya mencapai 9 Km dari desa Loksado hingga tiba di hilir Muara Tanuhi membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam. Tentunya akan berbahaya bagi pelancong jika terlalu sore atau bahkan kemalaman untuk menikmati rafting bambu.

Baca juga: Belajar dari kakek api di Banjarmasin

“Rafting bambu cukup ramai di akhir pekan atau waktu liburan panjang tiba. Kami bisa membawa banyak pelancong. Bahkan tak sedikit orang bule yang pernah mencobanya. Mereka sangat senang naik rafting bambu ini,” jelas pak Jarkasih sambil memberesi rakitnya.

“Syukurlah, pak. Jadi hidup pariwisata di daerah sini,” jawabku.

DCIM100MEDIA
Menikmati petualangan rafting bambu. Dok: Pribadi

Untuk biaya 1 lanting atau rakit bambu ini dipatok Rp. 350.000. Cukup mahal memang, tetapi jika dibandingkan dengan keseruan memacu adrenalin dan sensasi yang kita rasakan… waaah, it’s worthed lah! Untuk menikmati wisata rafting bambu, kita diharuskan memesan terlebih dahulu 3 atau 4 hari sebelumnya. Ini dimaksudkan agar para pengelola wisata dapat mempersiapkan rakitnya terlebih dahulu; karena cukup sulit mencari bambu yang tumbuh di sekitar hutan. Rakit bambu yang dipakai untuk wisata ini ternyata tidak dibawa pulang kembali ke hulu, tetapi dijual lewat jalur sungai. Di tugu Hasan Basri sebagai titik akhir perjalanan, sudah ada pembeli yang akan mengangkut bekas rakit bambu ini. Tentunya setelah menukarnya dengan sejumlah uang.

Menyusuri sungai Amandit, melintasi jeramnya, merasakan sensasi adrenalin yang membuncah tentunya memberikan pelajaran baru dan menyisakan kenangan tersendiri dalam perjalananku kali ini. Kami jatuh cinta dengan Loksado. Travel more, explore more.

 

 

29 Replies to “Petualangan Bambu Rafting Loksado”

  1. Seru banget yaa mas, apalagi rafting bambu juga belum banyak. Arus sungainya juga kenceng. Mas itu ga pake pelampung yaa…? Takutnya kalau kecebur ke sungai 😀

    Liked by 1 person

  2. Tdk pernah ada jaminan aman klo bicara ttg air apalagi sungai…kita g pernah tahu bgmn kondisi arus di hulu, bs tiba2 banjir. Salah satu sisi yg srg dilupakan operator wisata adl faktor AMAN. Mgkn pengelola ttp hrs didorong memenuhi kriteria aman ini.

    Btw, sy mmg th bhw rakit bambu mmg tdk akan mudah terbalik beda dgn perahu karet yg mlh bs terbalik jk menghantam jeram dan ombak deras.

    Overall, sy suka petualangan ini. Menantang bgt nih…

    Liked by 1 person

    1. Menurut operator bambu rafting pas kebetulan saya menaikinya, kondisi di hulu tidak sedang hujan. Dan kebetulan debit air lumayan tinggi, dan itu syarat utamanya sih, mas.

      Sama hal-nya dengan bamboo rafting di Thailand, adventure ini tergolong aman. Walaupun sepertinya “ngeri” karena tanpa menggunakan jaket keselamatan.

      Bukankah petualangan tak jadi menarik jika kita nggak mencobanya? Hehehe.

      Terima kasih, mas. Salam.

      Like

  3. Pengen coba permainan seperti ini, main2 di air. Tapi gak pernah berani coba karena ga bisa berenang. Haha

    jangankan rafting kayak gini yang menantang andrenalin, naik sepeda air aja suka heboh sendiri karena takut kecebur. Wkwk

    Serem banget ya ga pake pelampung l dan arus yg deras plus kedalaman air nya yg bikin kelelep kalo kecebur.

    Liked by 1 person

    1. Aman kok, mbak. Pasti di guide sama pengemudi rakit bambunya supaya kita tetap aman dan nyaman.

      Kalau nggak pernah coba mungkin nggak akan pernah mengalahkan ketakutannya. Benar nggak sih? Hehehe

      Terima kasih, mbak.

      Salam

      Like

    1. Kan diikat rapat jejeran bambunya, mas. Aman lah

      Nggak takut pecah? Sudah saya jelaskan di tulisan gunanya ujung rakit yang diikat melengkung ke atas juga berfungsi sebagai bumper.

      Salam.

      Like

    1. Harus, mas. Harus dicoba.

      Kalau suka petualangan adrenalin, ini cocok banget. Bahkan ada juga pasangan suami istri yang berbulan madu salah satu agendanya naik bambu rafting ini pas saya temui… Hahaha

      Salam.

      Like

    1. Banyak rekan-rekan saya yang berkomentar sama dengan mas, begitu lihat foto-fotonya dan baca artikel mereka pada takut untuk mencoba naik.

      Menurut saya sih, untuk melawan rasa takut sebaiknya dicoba. Nggak se-ngeri yang dibayangkan kok, mas. Suer!

      Benar, mas. Simbiosis mutualisme. Selesai bermain bambu rafting, ada yang langsung dibongkar atau menunggu hingga esok hari.

      Salam.

      Like

    1. Kuncinya harus tenang sih menurutku, mbak? Nggak se-ngeri rafting yang seperti biasanya itu lho, bisa sampai terbalik atau nabrak batu ketika action.

      Walaupun arus sungainya deras tetapi rakitnya nggak bakal terbalik. Itu yang membuat jadi aman.

      Salam

      Like

Leave a comment