Kalimantan Selatan Dalam Jelajah Langkah – Bagian 2

Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin mendapat julukan “Kota 1000 Sungai”. Menelusuri wilayah seluas 98,46 km persegi ini menjadikan sebuah pengalaman berharga dalam perjalananku kali ini. Kalimantan Selatan sebagian wilayahnya merupakan delta atau kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 buah pulau kecil yang dipisahkan oleh sungai-sungainya. Dengan rekam jejak sejarah panjang yang berkaitan hubungan dengan Kesultanan Demak, membuat Kalimantan Selatan mempunyai budaya akulturasi dengan Jawa. Tutur lembut bahasa khas Banjar dengan diselingi kata-kata “berbau” Jawa membuatku seperti berada di rumah sendiri. Kekayaan budaya, adat istiadat serta kulinernya menjadikan kekayaan Kalimantan Selatan merasa perlu untuk ditelisik.

Aku sungguh beruntung dapat berkunjung ke Kalimantan Selatan setahun yang lalu. Banyak perjumpaan dengan orang-orang baru yang akhirnya menjadi penanda dan pengingat bahwa di bumi nusantara ini masih ditemui banyak orang baik. Tulisan ini merupakan bagian kedua berjudul “Kalimantan Selatan Dalam Jelajah Langkah” dengan 10 photo story di dalamnya.  Ini merupakan kisah petualangan yang aku rangkum dari ratusan shutter kamera selama  6 hari perjalanan menjemput kepingan kisah di Kalimantan Selatan. Butuh mengorbankan ego dan pilhan yang sulit untuk dapat selektif menampilkan foto-foto yang mewakili Banjarmasin.

Baca juga: Kalimantan Selatan Dalam Jelajah Langkah – Bagian 1


KAPAL KELOTOK

Kapal Kelotok Banjarmasin

Kapal kelotok (perahu kayu bermesin) merupakan salah satu alat transportasi sungai yang ada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kamu dapat melihat kapal kelotok ini hilir mudik menyusuri sungai-sungai besar maupun kecil di sana. Tak heran kamu bakalan banyak menjumpai kapal kelotok, karena Banjarmasin mendapat julukan “Kota 1000 Sungai”. Di Banjarmasin juga terdapat wisata susur sungai yang dapat kamu nikmati sembari menyusur sungai Martapura. Kamu juga dapat menyantap soto Banjar diatas kapal kelotok yang khusus menjualnya. Belum pernah kan menikmati semangkuk soto Banjar yang nikmat sambil digoyang riak ombak? Bagi yang belum terbiasa mungkin akan mengalami mual, tetapi inilah uniknya. Tak mahal kok untuk menikmati wisata susur sungai, kamu cukup mengeluarkan Rp5000 untuk jarak tempuh 500 meter.


KAIN SASIRANGAN

Kain Sasirangan Banjarmasin
Pembuatan kain Sasirangan, kain khas Kalimantan Selatan masih menggunakan metode manual

Sasirangan adalah kain khas suku Banjar dan sudah ada sejak abad 12. Berasal dari kata ‘manyirang’ yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam bahasa jahit dikenal diengan istilah jelujur. Proses pembuatan Sasirangan hingga saat ini masih dikerjakan secara tradisional, yaitu dengan cara mengikat kain yang telah dijelujur dengan benang atau karet.

Selanjutnya kain dicelup hingga didapatkan corak warna dan motif yang diinginkan. Lalu kain tersebut dikeringkan dan dilakukan pencabutan benang hingga ke tahap selanjutnya penyetrikaan kain. Sejalan dengan waktu, kain ini makin banyak digunakan untuk kebutuhan sandang di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kain sasirangan memiliki banyak motif, seperti motif Sari Gading, Ombak Sinapur dan Bayam Raja. Harga kain sasirangan bervariasi tergantung jenis kain dan motifnya.


SUKU DAYAK MERATUS

Suku Dayak Meratus

Foto ini adalah foto 2 orang penari dari suku Dayak Bukit yang terletak di pegunungan Meratus. Aku bertemu dengan mereka ketika mengunjungi Loksado, daerah Hulu Sungai Selatan, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Mereka menyambut rombongan kami dengan Tarian Kanjar, tarian tradisional suku Dayak Meratus. Tarian Kanjar adalah tarian riang gembira dengan macam alat tetabuhan seperti gendang, kelimpat dan serunai. Pada saat musim panen besar yaitu pada bulan Juni – Agustus, suku Dayak menggelar upacara Aruh Ganal di Balai Adat Malaris sebagai upacara pengucapan syukur dan tarian ini sering dipentaskan dalam acara adat ini.  Selain Tari Kanjar kami disuguhkan dengan Tari Belian Putir yang merupakan tarian penyembuhan dari sakit dan kerasukan. Gerakan tarian ini sangat dinamis, diiringi musik dengan tempo cepat disertai doa-doa.


POTRET ANAK-ANAK PENDUDUK LOKAL LOKSADO

Anak-anak penduduk lokal Loksado
Anak-anak penduduk lokal Loksado yang ramah

Kedua anak kecil ini aku temui dalam perjalanan menuju riam Barajang dan riam Hanai, tepatnya di desa Lok Lahung, Kecamatan Lok Sado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan – Kalimantan Selatan. Awalnya mereka malu-malu ketika aku ajak berkenalan, mungkin karena belum terbiasa dengan orang asing. Ketika kami sudah saling berkenalan dan menyapa, ternyata mereka sangatlah lucu dan menggemaskan. Kebetulan di kantong tas ransel, aku masih menyisakan coklat sebatang. Mereka berterima kasih dan tertawa ketika menerima coklat pemberianku. Di desa Lok Lahung ini aku banyak mendapati penduduknya memelihara babi dan dibiarkan berkeliaran di halaman rumah. Anak-anak tampak sudah terbiasa dan kadang bermain dengan binatang babi ini. Menarik dan seru ya? Sebuah potret keramahan dan kesederhanaan yang berhasil aku rekam dengan manis.


RUMAH LANTING

Rumah Lanting
Potret rumah lanting di sungai Martapura

Rumah lanting merupakan jenis rumah tradisional khas suku Banjar yang banyak didapati di Kalimantan Selatan khususnya di kota Banjarmasin. Rumah lanting adalah produk arsitektur dari budaya sungai dan penyesuaian diri terhadap kondisi geografis lingkungan masyarakat kota Banjarmasin. Keberadaan rumah lanting saat ini semakin sulit ditemui, padahal rumah lanting dianggap sebagai cikal bakal permukiman di Banjarmasin. Bangunan rumah lanting terbuat dari kayu dengan bagian bawah memakai kayu besar sebagai pelampung.

Arsitektur rumah lanting seharusnya dilestarikan dengan tetap menjaga ekosistem sungai tetap bersih. Mempertahankan rumah lanting sejatinya turut melestarikan budaya Banjarmasin sebagai kota berbasis sungai. Corak budaya khas Banjarmasin khususnya dan Indonesia pada umumnya akan hilang, jika kita sama dengan negara lain. Rumah lanting merupakan identitas kearifan lokal suku Banjar.


IWAK SAMU

Iwak Samu
Iwak / ikan samu

Urang Banjar atau masyarakat suku Banjar asli pasti mengenal makanan iwak Samu atau disebut juga iwak Basamu. Samu dalam bahasa Banjar artinya proses mengasinkan dan mengawetkan ikan dengan cara membumbui ikan dengan garam, kunyit dan beras yang disangrai kemudian ditumbuk kasar. Beras yang digunakan biasanya jenis unus yang banyak ditemui di Kalimantan Selatan.

Ikan yang digunakan juga bisa apa saja, namun kebiasaannya yang digunakan adalah ikan gabus, sepat, saluang dan papuyu. Iwak Samu banyak dijual di pinggir jalan atau di pasar-pasar tradisional Kalimantan Selatan. Sepiring kecil iwak Samu mentah dihargai Rp5000. Dalam penyajiannya, iwak Samu digoreng biasa dan dimakan dengan nasi, sayur dan sambal. Agar aromanya lebih sedap, campurkan bawang merah. O my God, rasanya enak banget! Asin dan gurih.


AIR TERJUN HARATAI

Air terjun Haratai

Air terjun Haratai berketinggian sekitar 25 meter, dengan debit air yang besar dan  berlimpah yang akan bertambah jika tiba musim penghujan. Haratai termasuk destinasi wisata yang cukup dikenal di Banjarmasin. Banyak wisatawan asing maupun lokal mengunjungi tempat ini. Mereka menginap di sekitar air terjun dengan membuka tenda. Tempat ini ramai biasanya pada hari libur. Harga tiket masuk air terjun Haratai hanya Rp5000.

Fasilitas penunjang seperti gazebo, kamar mandi dan kamar ganti sudah tersedia. Juga ada warung yang menjual makanan ringan. Disarankan bagi kamu yang ingin berkunjung ke Haratai untuk memakai sandal gunung atau alas kaki yang nyaman, air minum dan bekal makanan. Sebenarnya ada goa dan air terjun di atas Haratai ini, hanya saja masih terkendala akses menuju ke sana.


BAMBU RAFTING LOKSADO

Bambu rafting Loksado

Kamu mau mencoba wisata air yang berbeda? Cobalah untuk menjajal petualangan rafting bambu di Loksado, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Rafting bambu Loksado sudah sangat terkenal, bahkan banyak wisatawan manca negara yang pernah mencobanya. Kamu akan dibawa menyusuri derasnya air sungai Amandit dan menikmati keindahannya dengan menaiki lanting (rakit bambu). Suku Dayak di pegunungan Meratus dahulu menggunakan lanting ini untuk memasarkan hasil perkebunan mereka tuntuk dijual ke pasar.

Rakit sepanjang 20-25 meter ini akan melintas jeram dengan atraksi pengemudinya yang tangkas dan gesit. Kamu akan mendapatkan kesan tersendiri dengan petualangan ini. Menyusuri sungai Amandit sepanjang 9 km yang berarus cukup deras, merasakan sensasi adrenalinmu yang membuncah tentunya akan menyisakan kenangan tersendiri. Berani mencoba tantangan rakit bambu Loksado? Aku sudah dong!


KALANG HADANGAN

Kalang hadangan
Kerbau rawa

Kalang Hadangan berasal dari bahasa Banjar, Kalang berarti kandang dan Hadangan adalah kerbau. Kalang Hadangan terletak di desa Pandak Daun, Daha Utara, Hulu Sungai Selatan. Di sini kamu dapat melihat kehidupan kerbau rawa (Bubalus bubalis) yang sepanjang hari berada di rawa untuk mencari makan. Hadangan ini akan dilepas dari kalangnya di waktu pagi dan menjelang senja mereka akan digiring pulang oleh para penggembalanya dengan menggunakan jukung (perahu kecil/sampan).

Hadangan ini setiap hari hidupnya di air dan jika kulitnya terlalu lama terkena panas sinar matahari, kulitnya yang sensitif akan gatal dan hadangan akan berusaha menggaruk-garukkan kulitnya ke besi di kandang hingga luka. Waktu yang tepat untuk berpetualang ke Kalang Hadangan adalah di waktu pagi atau menjelang senja untuk menikmati matahari terbenam.


OLEH OLEH BANJARMASIN

Oleh-oleh miniatur perahu jukung

Tidak sah rasanya jika kamu melancong ke Banjarmasin dan tak membawa oleh-oleh. Kamu dapat berbelanja oleh-oleh baik makanan khas Kalimantan seperti amplang, abon ikan haruan, keripik ikan sepat maupun pais patin Banjar. Nyaman banar!

Bagi para pria silahkan membawa pulang Pasak Ali yang diolah menjadi coklat batangan, minuman coklat ataupun kopi dengan campuran tumbuhan pasak bumi atau tongkat ali. Jangan lupakan biji teratai yang diolah menjadi makanan seperti tepung talipuk (teratai), tersedia dalam macam rasa coklat dan keju. Souvenir berupa miniatur jukung pasar terapung, menara pandang dan juga patung bekantan serta kain khas Sasirangan layak untuk menjadi pengingat akan Kalimantan Selatan yang harus kamu koleksi.

PENUTUP

Setiap perjalanan mempunyai kenangan dan kisahnya sendiri-sendiri. Semuanya akan dibingkai oleh kenangan dan akan menjadi pembelajaran bagi perjalanan kita selanjutnya. Semakin jauh kaki ini melangkah menelusuri luasnya nusantara, semakin aku jatuh cinta dengan negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Menikmati setiap kebaikan yang kita terima, menikmati kekayaan budaya, berinteraksi dengan penduduk lokal serta mencicipi kelezatan makanan dalam setiap cerita perjalanan kita, membuat kaki ini  selalu ingin menikmati Indonesia dalam setiap jengkalnya. Mari terus berjalan dan memperkaya diri dalam jelajah langkah!

#jelajahlangkah #wisatabanjarmasin #explorebanjarmasin #banjarmasin

22 Replies to “Kalimantan Selatan Dalam Jelajah Langkah – Bagian 2”

  1. Bambu raftingnya aku sukaaaaaa :). Menantang sepertinya. Tp sebenernya kalo inget sungai2 di kalimantan, aku lgs mikir ada binatang buasnya ga sih hahahaha. Kepikiran ular dan buaya.

    Pengen deh ke banjarmasin. Suamiku yg udh pernah kesana. Dia bilang makanannya juga enak2 🙂

    Liked by 1 person

    1. Mungkin jika sungai-sungai di daerah pedalaman masih ada binatang buasnya, mbak. Tapi sungai Martapura cukup besar ya, sepertinya nggak ada.

      Sungai Amandit yang dipakai untuk bambu rafting ini sih masih sungai liar.

      Iyes, makanan disini memang enak-enak 🙂

      Salam

      Like

  2. Nah eksotisme alamiah ginian yang jarang ada di Luar Negeri Mas……foto-foto itu mampu mengembalikan ingatanku ke Sragen era 80-an….dimana sungai masih bening dan arus lumayan…pasar yang masih tradisional. Nuansa begituan mungkin mudah ditemukan di Kalimantan, Sulawesi Dan bagian Timur negeri saat ini….Mantabz jelajah Nusantaranya nih…..bikin buku aja mas, separuh perjalanan abroad saya yg bikin….separuh perjalanan nusantara dirimu yang bikin….hihihi….buku yang aneh.😁😀

    Liked by 1 person

    1. Kalimantan sudah mulai tergerus juga, mas. Begitupun Sulawesi. Di Banjarmasin rumah lanting sudah susah ditemui, jika ada konsepnya sudah tidak mengacu ke model yang seharusnya dulu. Namun sudah diperbaharui.

      Salam.

      Like

      1. Wehhhh….arus modernisasi…..takutnya nanti budaya sebatas dikandangin seperti di TMII.
        Berarti harus buru-buru issued tiket ke Sulawesi Dan Sumatra…..supaya bisa menemukan originalitas penduduk setempat…..weleh.

        Liked by 1 person

  3. Aku ke sana baru sekali,diajak keliling sama teman termasuk makan soto Banjar. Tapi sayangnya aku g diajak untuk melihat rumah lanting. Setauku saat aku di sana, perumahan ya biasa aja ky di Jawa. Tapi ternyata setelah baca artikel ini, ada juga rumah yang menggambarkan identitas suatu daerah. Semoga semakin banyak rumah lanting yang dibangun untuk mempertahankan identitas daerah.

    Liked by 1 person

  4. Monggo main ke Banjarmasin, mbak.
    Kain Sasirangan 2 meter yang non bordir terakhir harganya Rp90.000, yang bordir Rp200.000 belum termasuk ongkir. Itu harga tahun lalu, nggak tahu sekarang mbak. Mungkin sudah naik ya.

    Salam.

    Liked by 1 person

Leave a comment