Menyesap Kopi Nangka di Lereng Gunung Kelir

Coffee should be black as hell, strong as death and sweet as love.

Memasuki kedai kopi bergaya bangunan Joglo dengan tembok dan tiang bata yang di-expose ini seperti memasuki rumah yang nyaman. Musik kekinian berbahasa Jawa dari perangkat pemutar digital menyambut jelajah kaki selain keset bertuliskan “Welcome”. Hilang rasanya segala penat sepanjang perjalanan menuju ke tempat ini. Konsep kedai terbuka tanpa jendela menjadikan angin sejuk pegunungan semilir untuk dinikmati. 4 buah meja dan 4 bangku kayu yang mengelilingi tiap meja serta tempat tidur balai bambu menghiasi ruangan dalam kedai kopi. Kedai kopi ini berada pada area lapang di lereng gunung Kelir, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Puluhan hektar tanaman kopi tumbuh mengelilingi kedai. Sejauh mata memandang hanya hijaunya daun tanaman kopi yang terlihat. Asri.

Doesoen Kopi Sirap menjadi nama kedai kopi yang dikelola oleh komunitas pemuda yang tergabung dalam karang taruna desa. Kedai kopi yang berlokasi di Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang ini berjarak kurang lebih 2 Km dari jalur utama Ambarawa – Magelang. Jalan menuju ke kedai kopi Dusun Sirap menanjak dan berkelok, sudah beraspal dengan beberapa tikungan tajam yang harus dilalui. Cukup mudah menemukannya dengan menggunakan aplikasi peta di gawai pandai. Jika kamu berkunjung ke tempat ini naik motor atau mobil, pastikan dalam kondisi prima kendaraan bermotornya ya.

Deretan toples kaca mungil berisi roasted bean tertata rapi di meja barista. Kopi Merbabu, kopi Bismo Wonosobo, kopi peaberry arabika Temanggung (kopi lanang), kopi luwak, Arabika  dan Robusta gunung Kelir serta beberapa varian kopi lainnya tertera pada label tiap-tiap toples. Perhatianku langsung tertuju pada varian kopi Excelsa gunung Kelir. Varian kopi beraroma nangka ini memang ingin aku coba setelah beberapa teman penyuka kopi menyarankan untuk mencoba aroma dan rasanya.

Barista
Barista kedai kopi Sirap; mbak Annisa yang mengenakan jilbab

“Mas, pesan kopi Vietnam, origin pakai Excelsa. Susu sesuai takaran biasa,” pintaku kepada mas barista. Ia sigap membuatkan kopi pesananku.

Di kedai Sirap ini kopi Robusta gunung Kelir tampaknya menjadi primadona yang banyak dipesan para penikmat kopi, karena memang kopi ini adalah produksi petani lokal pegunungan Kelir.

Di kedai kopi ini kamu tak hanya dapat menikmati kopi saja, namun tersaji juga menu makanan yang beraneka ragam baik makanan berat maupun ringan. Nasi jagung goreng menjadi salah satu menu andalan kedai ini, sementara gedhang godhog (pisang rebus), telo godhog (ketela rebus), kacang godhog (kacang rebus), gemblong bakar (tape uli bakar), tempe mendoan dan bakwan menjadi makanan camilan yang dapat kamu pesan sebagai teman menyesap kopi.

Selain bangunan utama kedai, ada beberapa mini joglo yang tersebar di area perkebunan ini. Mini joglo ini dapat dipakai para pengunjung sembari jajan menikmati secangkir kopi. Aliran sungai kecil dari mata air menimbulkan bunyi gemericik, bagaikan orkestra alam yang menenangkan. Coba kamu bayangkan sejenak, suasana sunyi di lereng perbukitan dengan seduhan kopi di depanmu ditimpali cuitan suara burung serta gemericik air, nikmat mana yang kamu dustakan? Asyik kan?

Biji kopi
Excelsa, kopi nangka

Pegunungan Kelir secara letak geografis berada kurang lebih 60 Km arah barat daya kota Semarang. Ikon tanaman kopi di pegunungan ini adalah kopi dengan aroma mocca yang biasa disebut varian Java Mocca. Beraroma mocca karena terpengaruh dengan tanaman coklat yang dahulu tumbuh subur di perkebunan kepunyaan Belanda yang kini dikelola oleh PTPN IX. Di dusun Sirap sendiri pohon kopi yang tumbuh ternyata dimiliki oleh petani lokal dengan jumlah pohon kurang lebih 1600. Sementara potensi kebun kopi di kawasan gunung Kelir lebih dari 500 hektar. Saat panen raya jika hasilnya memuaskan dapat mencapai 60 ton, 60% kopi yang belum terseleksi (all grade) dikirim untuk produksi ekspor oleh petani sementara sisanya untuk konsumsi lokal.

Tak berapa lama, kopi Vietnam pesananku datang dengan bakwan goreng sebagai tandemnya. Seporsi bakwan goreng ternyata berisi 5 potong gorengan berukuran lumayan besar, aaah sepertinya tak bakalan habis sendiri, pikirku. Di kedai kopi ini para baristanya berasal dari kampung setempat, mereka rata-rata anak petani kopi.

Interior
Kursi dan meja kayu, ada balai-balai bambu juga lho
Doesoen Kopi Sirap
Kedai Kopi Sirap

Ketika sesapan pertama kopi menyentuh kerongkongan, sangat terasa nikmat kopi Excelsa. Bau  harum kopi dengan aroma nangkanya menguar tipis terhirup di hidungku. Sayang rasa nangkanya sedikit tertutupi oleh susu kental manis, ya karena aku memang memesan olahan kopi Vietnam. Sensasi seduhan kopi dan menikmatinya di tempat asri seperti ini cukup membunuh rasa penasaranku akan kedai kopi Sirap.

Di Doesoen Kopi Sirap tak hanya sajian pemandangan alam yang asri dan menyesap secangkir kopi, namun kita bisa mendapatkan pengetahuan tentang budidaya, pengolahan, penyajian kopi serta belajar tentang macam varietas kopi beserta karakternya. Jika kamu beruntung, di waktu-waktu tertentu pengunjung dibolehkan meracik kopi sendiri menurut selera, tentunya didampingi barista yang berpengalaman.

Mini Joglo
Salah satu sudut di mini Joglo sebagai tempat ngopi

“Di kedai kopi ini pengunjung dapat belajar dan mendapatkan sedikit ilmu tentang bagaimana cara meracik kopi. Mulai dari proses pemetikan, penjemuran, penggilingan kulit kopi hingga menjadi ose. Kemudian belajar proses pemanggangan kopi sampai pengunjung kedai meracik secangkir kopi yang penuh rasa dan berkarakter,” mbak Annisa, salah seorang barista yang berbincang menemaniku.

“Jadi di kedai ini ada juga wisata edukasi tentang kopi ya, mbak. Lengkap.” ujarku. Mbak Annisa mengiyakan.

Saat sekarang kopi tidak lagi menjadi minuman yang identik dengan Mbah Dukun, namun kopi sudah menempatkan dirinya di kedai-kedai milenial mentereng yang menjamur di pelosok negeri. Minum kopi (ngopi) sudah menjadi bagian dari gaya hidup generasi saat kini. Tak lengkap rasanya menjalani hari-hari sibuk tanpa menyesap secangkir cairan hitam pekat ini. Kopi bertutur cerita bahwa hitam tak selalu kotor dan pahitpun masih dapat dinikmati.

Kamu sudah ngopi belum?

Ambarawa, September 2018

Doesoen Kopi Sirap
Dusun Sirap, Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang

Jadwal seduh kopi: 09.00 – 19.00

 

 

14 Replies to “Menyesap Kopi Nangka di Lereng Gunung Kelir”

  1. Penasaran dengan kopi + beraroma nangka ini. Lokasinya kelihatan nyaman dan tentram sekali, ditambah suasana di dalam kedainya juga menyenangkan. Sudah pasti pengunjung betah apalagi kalau barista dan/atau pengelolanya ramah. Membaca: Doesoen Kopi Sirap menjadi nama kedai kopi yang dikelola oleh komunitas pemuda yang tergabung dalam karang taruna desa, ini salah satu hal yang patut dicontoh … membangun dari desa melalui banyak hal, salah satunya kedai kopi.

    Liked by 1 person

    1. Benar, mbak. Tampaknya desa ini sudah menemukan potensi yang layak diangkat sebagai wisata andalan, didukung oleh prasarana dari perangkat dusun dan masyarakat setempat.

      Tempat ini menjadi wisata edukasi juga dengan komoditas utamanya adalah kopi, tinimbang dibuat wisata kekinian saya rasa mengembangkan wisata edukasi tentang kopi dan tata cara pengolahan nya patut dicontoh oleh daerah lainnya.

      Terima kasih sudah mampir, mbak

      Like

      1. Naah itu dia, mbak. Konsep seperti ini yang seharusnya diterapkan oleh masing-masing daerah yang punya potensi untuk di”jual”. Bukan cuma usungan pasar digital atau pasar kekinian yang hype sebentar terus hilang.

        Liked by 1 person

  2. Terbaik memang, untuk orang-orang yang suka dan ngerti esensi dari kopi. Meski aromanya nangka, tapi jatuhnya tetep pait juga ya kan mas ._.

    Saya kalau ngopi pasti dibanyakin gulanya biar manis. Rasa kopinya kalah sama rasa gulaa wkwkwkw

    Liked by 1 person

Leave a comment