Perempuan Yang Dimuliakan Dalam Sebuah Tarian

“Seorang perempuan sepatutnya dihargai layaknya emas.”

Bunyi tetabuhan gamelan dan juga suara krincingan terdengar riuh, ditimpali sesekali teriakan penabuh gamelan lewat microphone yang kadang bersuara cempreng dan sember. Hokya… Hokya… Haaee… Haaee… Mereka seperti pemandu sorak dalam sebuah pertandingan olahraga. Sementara di atas panggung berukuran 6 x 5 meter, 10 orang penari dengan semangat dan rancak menarikan sebuah tarian yang digarap dengan apiknya. Gerakan serempak para penari berbalut kostum warna-warni ini menjadi tontonan meriah warga dusun yang menyaksikannya di panggung utama pementasan. Matahari masih menyisakan sisa panasnya ketika tari Topeng Ayu dipentaskan namun tak menyurutkan semangat para penari, walaupun peluh bercucuran dan menyapu balutan kosmetik seadanya di wajah mereka. Pentaspun usai dengan tepuk riuh penonton.

Tarian Topeng Ayu disajikan sebagai bagian dari rangkaian perhelatan Festival Lima Gunung XVII 2018. Sebagai tuan rumah kali ini adalah dusun Wonolelo, desa Bedongan, kecamatan Bedongan, kabupaten Magelang. Festival yang digelar selama 3 hari berturut-turut ini adalah festival tahunan yang diadakan oleh Komunitas Lima Gunung. Kelima gunung ini mewakili gunung Merapi, gunung Merbabu, gunung Andong, gunung Menoreh dan gunung Sumbing. Dusun Wonolelo secara letak geografis berada di kaki gunung Sumbing. Antusiasme penonton acara festival sangat besar, terlihat mereka berduyun-duyun menikmati setiap pementasan budaya yang ditampilkan. Tak hanya pengunjung dari dusun dan desa sekitarnya, ada juga yang berasal luar kota bahkan dari luar negeri. Aku sempat berkenalan dengan beberapa turis dari Australia, Chile, Thailand dan Perancis.

Topeng Ayu
Barisan Topeng Ayu; lembut namun menyimpan kekuatan – serta sexy

Sekilas Tari Topeng Ayu

Gerakan tari Topeng Ayu bersifat bebas dan tak terikat oleh pakem-pakem gerak sebagaimana pada tarian tradisional. Ciri khas tarian ini adalah sangat atraktif, kompak, lincah, mantap dan bertenaga padahal semua penarinya adalah perempuan. Tari Topeng Ayu mengambil gerakan dasar dari tarian yang sudah terkenal sebelumnya yaitu Topeng Ireng. Hal yang membedakannya adalah tari Topeng Ireng dilakukan oleh para lelaki. Kata “Topeng” mempunyai arti tersendiri yang diambil dari bahasa Jawa, Toto artinya menata dan Lempeng artinya lurus. Sementara “Ayu” mempunyai arti cantik. Jika diartikan secara keseluruhan adalah sebuah tarian yang ditarikan oleh para wanita cantik dimana para penarinya berbaris lurus seperti berbaris. Tetabuhannya sendiri adalah musik tradisional berupa gamelan, kendang, terbang, bende, jedor, seruling dan rebana yang dimainkan dengan keras dan penuh semangat.

Jika ditarik ke belakang tarian Topeng Ireng dan Topeng Ayu merupakan perubahan bentuk dari kesenian Kubro Siswo yang berkembang di tengah masyarakat lereng gunung Merapi dan Merbabu sejak jaman penjajahan Belanda. Pada awalnya kesenian Kubro Siswo dipakai sebagai cara syiar agama Islam di tanah Jawa, sesuai dengan arti kata dari Kubro yaitu Kesenian Ubahing Badan lan Rogo (kesenian yang bersentuhan dengan gerak badan dan jiwa). Tarian Topeng Ireng dan Topeng Ayu merupakan bentuk kesenian tari hasil perpaduan budaya tradisional yang digabung dengan budaya modern dan merupakan hasil akulturasi budaya Jawa, Islam serta kolonial Belanda..

Topeng Ayu
Gerakan tarian Topeng Ayu yang enerjik

Daya Pikat Tari Topeng Ayu

Jika dilihat sekilas, Topeng Ayu menampilkan gerakan-gerakan sederhana namun ritme tarian benar-benar dijaga dan sangat kompak. Berbeda dengan tarian klasik yang menitik beratkan pada gerakan halus nan lembut, tari Topeng Ayu justru menyajikan gerak tari enerjik dan atraktif. Unsur artistik dan koreografi acapkali dirombak dan diperbaharui dengan maksud supaya penonton tidak bosan. Walaupun begitu tarian kontemporer ini tetap mempunyai nilai filosofis yang tinggi dan memiliki arti tersendiri dalam setiap gerakannya. Adanya Kapten atau Kepala Suku dimaksudkan untuk memberi komando pergantian gerakan para penari dengan mengikuti bunyi tetabuhan dan menjaga keselarasan gerak serta ritme tarian.

Novia, salah seorang penari yang berparas ayu menuturkan bahwa tarian Topeng Ayu mempunyai nilai filosofi perjuangan seorang perempuan yang mengedepankan tingkat kesetaraan atau emansipasi wanita seperti Raden Ayu Kartini.

Topeng Ayu
Para Penari

“Gerakan-gerakan tari Topeng Ayu mempunyai arti tersendiri. Misalkan gerakan “jengkeng”, adalah penggambaran sosok wanita yang kuat dalam menopang hidupnya. Sementara gerakan mengibaskan tangan dengan cepat adalah ilustrasi seorang wanita yang mandiri, cekatan dan dapat menyelesaikan masalah tanpa harus bergantung dengan laki-laki,” kata calon mahasiswa fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Tidar Magelang ini lebih lanjut.

Tari Topeng Ayu adalah sebuah ekpresi kesenian yang berhasil menggambarkan sosok perempuan secara utuh. Perempuan tak hanya cakap berhias dan terlihat rapuh, namun menyimpan kekuatan dalam kelembutannya.

“Kami menyematkan aksen berwarna emas dalam aksesoris yang kami kenakan, adalah penggambaran bahwa sosok wanita selayaknya dihargai seperti emas dan mendapat tempat yang paling tinggi yaitu pada mahkota yang kami kenakan,” ujar Novia dalam perbincangannya dengan saya. Aksesoris yang dikenakan para penari terlihat sangat menarik. Pada bagian kepala, dikenakan mahkota yang menjulang ke atas terbuat dari bulu-bulu unggas yang dibuat secara artistik dikombinasikan dengan warna-warna dasar yang mencolok seperti kuning, hijau dan merah. Penambahan warna-warna emas dan perak makin menambah kesan elegan.

Hiasan mahkota
Hiasan menyerupai emas di mahkota penari

Tak disangkal bahwa daya pikat utama tari Topeng Ayu berada di riasan wajah serta kostum berupa rok berumbai-rumbai dengan warna-warna ceria. Perpaduan kostum dasar berwarna hitam terlihat pas digunakan oleh para penari dan makin selaras ketika digabung dengan aksesoris yang berwarna-warni. Tak lupa hiasan krincingan pada kaki setiap penari yang menghasilkan suara riuh gemerincing tiap kali kaki digerakkan.

Saat tulisan ini aku buat perhelatan Festival Lima Gunung telah usai. Namun gaung dan gerakan atraktif serta suara krincingan tari Topeng Ayu masih lekat dalam ingatan. Aku merindukan itu semua. Kita bersua lagi tahun depan.

Hokya… Hokya… Haaee… Haaee…

Topeng Ayu
Riuh, gaez 🙂

20 Replies to “Perempuan Yang Dimuliakan Dalam Sebuah Tarian”

  1. Hehehe… Memang betul, mas. Orang Jawa itu ketika berkarya selalu menyelipkan pitutur dan filosofi kehidupan yang tinggi. Canggih sih memang 🙂

    Salam kenal juga, mas. Terima kasih sudah mampir.

    Like

    1. Acara festival 5 gunung tahun lalu diadakan seminggu setelah DCF, silakan melipir nanti bulan Agustus ke acara ini; 3 hari full bakalan disuguhi tampilan kesenian khas penduduk kawasan lima gunung.

      Terima kasih sudah mampir. Salam

      Like

  2. Keren banget! Indonesia emang kaya budaya. Tarian, pakaian tradisional, bahkan makanan khas daerah pada punya nilai-nilai dan makna yang jempolan. Mampir ke blog ku ya. Aku mengulas tentang masakan ayam khas Batak yang bermakna filosofis 🙂

    Liked by 1 person

Leave a comment