Ambarawa, Senja Tak Terencana

“There’s a sunrise and a sunset every single day, and they’re absolutely free. Don’t miss so many of them.” – Jo Walton

“Aku ingin mengajakmu melihat senja. Tapi langit kelihatannya mendung. Semoga kita mendapatkan keberuntungan dan melihat senja yang berbeda,” kataku spontan sambil menyusun beberapa lembar pakaian ke dalam keril. Kamu, wanita bermata sipit dan berambut sebahu, mengangguk pelan dan tersenyum.

“Dimana kita mau lihat senja sore ini?” tanyamu. “Rahasia dong,” sahutku tersenyum meringis. Terlintas sebuah tempat di benakku untuk menikmati matahari terbenam kali ini. Semoga semesta merestui.

Alam selalu penuh kejutan, setidaknya itu yang aku temui sore ini. Perjalanan dari kota Semarang menuju Magelang aku tempuh dengan menggunakan motor berboncengan. Sengaja kami memilih menaiki motor, supaya saat menemukan sesuatu yang unik dan menarik dengan mudahnya melipir.

Baca juga: Catatan Tentang Senja di Istana Ratu Boko

Matahari Senja
Pemandangan kayak gini kadang bikin baper ya 😉

Melewati jalan menurun pada pertigaan Bawen, aku melajukan motor arah ke kanan jalur menuju Yogyakarta. Mengambil arah ke kiri sesaat bertemu dengan traffic light, jalur outer ring road Ambarawa bakal menyuguhkan pemandangan yang menyejukkan mata. Tak berapa lama di sebelah kiri terlihat hamparan Rawa Pening dengan latar belakang pegunungan Kelir; terlihat pula gunung Merbabu serta Merapi di kejauhan. Bentangan dataran tinggi ini terlihat berlapis-lapis ketika sinar matahari menyelusup awan dan menerpa bagian atasnya yang menjulang lengkap dengan balutan kabut tipisnya.

Di sebelah kanan jalan kamu dapat menemukan lokasi sebagian Benteng Pendem Ambarawa yang terlihat tak terurus dan rapuh dimakan usia. Benteng yang bernama asli Fort Willem I ini adalah bangunan bersejarah yang letaknya di Ambarawa. Aku bakal mengulasnya di tulisan yang lain ya.

Aku mengurangi laju motor dan memberikan tanda lampu berbelok ke kanan, menyeberangi jalan utama menuju sebuah jalan kecil di tengah persawahan. Jalanan ini cukup untuk dilalui sebuah mobil. Dahulu aku menemukan jalanan ini secara tak sengaja, saat ingin menikmati suasana senja sepulang perjalanan dari Yogyakarta. Motor aku parkirkan di pinggiran sawah sementara kamu masih terbengong ngapain dibawa ke tempat seperti ini.

Matahari Senja
Naah ini dia, masterpiece kala senja

Beruntungnya kami, angin di langit Ambarawa telah menyibak awan mendungnya. Pertunjukan menuju senja segera dimulai, terlihat di ufuk barat. Matahari memancarkan sinarnya dibalik awan. Sangat memesona. Langit biru bercampur dengan pendar sinar warna oranye, kuning dan gumpalan awan berderet-deret membuat mata serasa dimanjakan. Matahari mulai beringsut pelan menghilang di balik bukit di ujung sana. Kamu melingkarkan tangan di pundakku, berdua menikmati orkestra senja dari atas motor. Senja kali ini adalah senja yang ke sekian kalinya kami nikmati. Aaah menyenangkan.

Baca juga: Candi Ijo, Senja Yang Berkelas

Barisan kerbau dan bebek digiring oleh penggembalanya melewati kami, melintas jalan di mana motor terparkir. Tampaknya kerbau-kerbau dan bebek-bebek itu telah melakukan tugas mereka hari ini, entah apa itu hehehe…

Mengenyam senja bersamamu kali ini sangat mengesankan. Ngobrol hal-hal receh, tentang rencana masa depan hingga perkara serius serta tak ketinggalan cela-celaan. Menikmati senja dengan cara kami berdua. Senja yang tak terencana, kadangkala memberikan pengalaman menikmati hari yang berbeda.

Pertanyaanku masih sama, sampai kapan kamu akan mengejar senja?

Ambarawa, Juli 2019

7 Replies to “Ambarawa, Senja Tak Terencana”

Leave a comment