Bahagia (itu) 100 Meter

“Bahagialah! Kau tak perlu izin siapapun untuk itu.” – @burgerk3ju

Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa jika kita punya duit banyak itu artinya kita bahagia. Punya mobil lebih dari satu di garasi bisa berarti bahagia juga. Pendapat itu nggak salah – tapi juga nggak selalu benar.

Bahagia itu tergantung Pak Tugiyo, itu menurutku. Ia adalah penarik gondola di Pantai Timang, Yogyakarta. Lah kok bisa begitu?

“Mas Yo, monggo silahkan naik ke dalam sini,” katanya sambil menunjuk ke gondola kayu.

Pipinya sedikit mengempot saat ia menghisap rokok kretek di mulutnya dengan semangat. Gumpalan asap tipis seketika lenyap tersapu angin pantai Selatan. Menyisakan aroma tembakau yang hanya sekejap.

“Aman ini, pak? Nggak ada tali dan jaket pengaman?” tanyaku dengan muka penuh tanya. Mungkin jika ada cermin, aku bisa melihat wajahku yang pucat. Padahal sebelumnya sudah still yakin berdoa.

Baca juga: Gunung Prau, Perjalanan Menembus Sunyi

Ciut juga nyali ketika melihat ke bawah. Kurang lebih 9-12 meter jarak dari atas tebing ke permukaan air. Terlihat ombak menghempas karang dengan angkuhnya hingga menimbulkan buih dan cipratan air hingga ke sisi bawah karang. Jiangkriiik!

Terlihat 2 orang teman Pak Tugiyo menaiki gondola dengan gagah berani, bak Captain America dan THOR yang akan berperang lawan gerombolan alien pimpinan Loki. Mereka adalah petani udang yang akan menyeberang ke pulau karang di seberang sana.

Bah, ternyata kuat juga gondola itu.

Pak Tugiyo menantangku sekali lagi. Membuktikan bahwa gondolanya kuat dan aman.

Baiklah. Dengan memberanikan diri, aku segera melangkah masuk dan berdiri di tengah gondola. Tentu saja dengan berpegangan erat di tali. Tanggung, sudah bayar ini masak iya nggak naik gondola.

Pantai Timang Yogyakarta, Jogja
You have try this before you die. Adrenalin rush! (Dok. pribadi)

Bunyi roda kecil yang terbuat dari besi berdecit dibarengi tarikan tambang Pak Tugiyo. Gondola itu perlahan bergerak meninggalkan tepian karang. 1 meter. 5 meter dan seterusnya hingga akhirnya menghantarkanku sampai di pulau seberang.

Deburan ombak dan angin sukses memompa adrenalinku. Sementara aku terkekeh dan berteriak demi mengusir rasa takut.

Bahagia itu jaraknya 100 meter. Sesederhana itu.

“Mas, menawi di pulau sini mesti hati-hati lho. Salah-salah bisa jatuh. Bisa “diambil” Kanjeng Nyi Ratu Kidul,” begitu kata salah satu nelayan udang yang sebelumnya menyeberang ke pulau ini juga.

“Aaah, saya sedang mencari Arthur Curry di dasar laut, pak,” jawabku sekenanya.

Sinten niku, mas?” tanyanya.

“AQUAMAN, pak.”

Pantai Timang, Yogyakarta – Maret, 2016

3 Replies to “Bahagia (itu) 100 Meter”

Leave a comment