JRL 2011: The Cranberries, it’s not my imagination
“Jangan bunuh mimpimu hingga kau berhasil mewujudkannya,” @burgerk3ju
Hell yeaah! Satu kalimat terlintas dan seketika terucap saat mendengar grup band lawas ini bakal manggung di Jakarta. Band alternative rock asal Irlandia yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengan Blackberry ini adalah salah satu band favoritku selain Bon Jovi, Metallica, Nirvana, Blind Melon dan Counting Crows.
Awal tahun 1990-an, dimana aku masih berwujud remaja culun berseragam abu-abu, paling suka banget dengerin suara falsetto Dolores O’Riordan, sang vokalis. Ia menurutku punya suara yang unik dan khas, seperti Janis Joplin dan Edie Brickell, vokalis cewek kesukaanku.
Dolores O’Riordan | dok. pribadi
Sabtu, 23 Juli 2011 menjadi hari yang bersejarah. Promotor festival musik Java Rocking Land 2011 berhasil mendatangkan The Cranberries ke Jakarta.
Finally, aku nonton konser The Cranberries dong!! Mimpi dan penantian panjang 18 tahun terwujud. Membayangkan bisa teriak dan koor berjama’ah, menyanyikan lagu-lagu mereka bakalan seru rasanya. Can’t hardly wait to see them live on stage!
Setelah hampir putus asa dengan urusan perparkiran mobil di area Pantai Karnaval Ancol, akhirnya tiba juga di area konser. Niat awalnya melipir ke konser Ed Kowalczyk of LIVE sih. Ternyata cuma kebagian 3 lagu terakhir. Lumayan, masih bisa paduan suara di lagu pamungkas, Lightning Crashes.
Jadwal pentas The Cranberries yang pukul 23.00. Aku menyempatkan mlipir ke beberapa panggung konser lainnya sebelum pertunjukan. Di panggung sebelah, Neon Trees sedang tampil. Band pengusung alternative rock yang jujur baru aku dengar namanya di Java Rocking Land ini, lumayan tampil enerjik. Sebelumnya babar blas tak ada secuilpun informasi yang aku bisa dapatkan, apalagi hapal lagu-lagu mereka.
Jarum jam menunjuk pukul 22:10 saat aku memutuskan bergeser ke panggung tempat The Cranberries bakal mentas. Kerumunan penonton sudah berjejal dan menyesaki area di depan panggung. Setelah sedikit berjuang di tengah kerumunan, akhirnya aku mendapatkan posisi kurang lebih 25 meter di depan panggung. Not bad lah.
Di panggung sebelah, Neon Trees menyudahi lagu terakhirnya. Molor 10 menit dari jadwal selesai manggungnya. Seketika itu, lampu di Gudang Garam Stage mulai menyala. Pertanda THE CRANBERRIES IS ON THEIR WAY TO THE STAGE!
Berturut-turut masuk Fergal Lawler, duo Hogan – Mike dan Noel – dan yang terakhir Dolores. Teriakan histeris penonton menyelimuti malam yang cukup gerah.
The Cranberries | dok. pribadi
“Hello Jakarta!” teriak Dolores menyapa kami malam itu. Suaranya memecah malam. Walaupun sudah berumur 40 tahun dan punya 3 anak, Dolores tetaplah magnet utama band ini.
“Analyze” menjadi lagu pembuka. Suara Dolores masih tetep sama, melengking dengan falsetto yang jadi ciri khasnya. Sontak jingkrak-jingkrak dan koor berjama’ah menjadi sebuah kewajiban yang harus dituntaskan!
Lupa dengan kelelahan berdiri 40 menit. Tak peduli lagi dengan kaos lepek basah keringat. Persetan suara serak karena berteriak. Bodo amat dengan bau kecut keringat samping kiri-kanan. We are The Cranberries die-hard fans!
Kelar menggeber lagu pertama, disusul kemudian dengan “Animal Instinct”. Video klip lagu ini berkisah perjuangan seorang ibu untuk membahagiakan anak-anaknya dan menginspirasiku untuk lebih sayang sama ibu. Nggak percaya? Lihat sendiri deh video klip-nya di Youtube.
Berturut-turut “How”, “Dreaming My Dream” dan “Linger” makin membuat malam bergairah. Gaya Dolores dengan tarian waltz patah-patah menjadi sebuah ekspresi yang boleh dibilang tak berlebihan. Dolores is Dolores. Sesekali kamera ditanganku menghambur shutter dari jarak sejauh tempatku berdiri. Aaahhh crop saja lah ntar – pikirku dalam hati.
Jingkrak-jingkrak, nyanyi, teriak dan motret. What a nice combination!
The Cranberries | dok. pribadi
“Ode To My Family” menjadi lagu ke enam. Suara koor berjama’ah kembali menggema. The Cranberries mampu menjaga ritme permainan musik mereka dengan baik pada konser malam itu. Dan “Put Me Down / Wanted” menjadi lagu selanjutnya. Mereka juga membawakan “Tomorrow”, salah satu single terbaru yang diambil dari album baru mereka “ROSES” yang bakal rilis awal tahun 2012 nanti.
Lagu berikutnya yang mereka mainkan adalah “Imagination”, “Playboys”, “ICan’t Be With You”. Disambung satu nomor lembut “Waltzing” dari album baru mereka seakan menjadi jawaban atas dahaga rindu ribuan fans mereka.
Ketika petikan gitar Noel Hogan memainkan intro sebuah lagu, tahulah kami bahwa “Free To Decide” lah lagu selanjutnya yang bakal mereka mainkan.
It’s not worth anything more than this at all – I live as I choose or I will not live at all
So return to where you’ve come from – Return to where you dwell
Because harassment’s not my forte – But you do it very well
I’m free to decide, I’m free to decide – And I’m not so suicidal after all
I’m free to decide, I’m free to decide – And I’m not so suicidal after all
Saat aku menengok ke arah kanan, beberapa ABG unyu nan wangi sangat hapal dengan lirik lagu ini; padahal menurutku saat The Cranberries ini nge-top mungkin mereka masih pakai berseragam rok pendek merah dan berbaju putih, paling parah mereka juga baru lahir. Mungkin saja mereka ini dicekokin sama emak bapaknya.
“Ridiculous Thought” dan “Salvation” menjadi lagu berikutnya. Di lagu “Salvation” Dolores tampil dengan topi Indian. Unik banget dan power suaranya itu lhoo… ciamiiiik!
Waktu tepat menunjukkan pukul 00.00 sesaat intro lagu yang sepertinya aku kenal betul. YEAAAAH… “Zombie”! Lagu yang sangat identik dengan The Cranberries ini lancar sekali dimainkan.
Dolores O’Riordan | dok. pribadi
“Good night, Jakarta… We’ll see you again!” teriak Dolores kepada kami dan menghilang ke belakang panggung. Teriakan “We want more! We want more!” terunggah ke langit malam. Seakan meminta empat personil band itu untuk tidak cepat-cepat hengkang dari panggung. Kami belum puas menikmati manisnya sirup Cranberries yang memabukkan.
Ke-empat personel kembali masuk ke panggung dan itulah yang kami inginkan. Kali ini Dolores sudah berganti kostum dengan long dress panjang warna hitam. Menambah kesan gothic yang makin kental namun tetap cuek dan terkesan macho.
“Promises” menjadi nomor berikutnya mereka mainkan. Lebih nge-rock dari versi rekaman dan Dolores terlihat sebagai wanita macho ketika melantunkan lagu ini.
Sebagai lagu pamungkas dari konser malam itu mereka memainkan “Dreams”.
Mimpi fans The Cranberries malam itu makin melambung tinggi. Menembus pekatnya waktu dan langit malam. Kembali ke era 90-an. Tahun-tahun dimana kami bertumbuh dan mencari jatidiri yang masih terhilang entah dimana.
Sebuah teriakan, atau lebih tepatnya lolongan perang, a la Indian dari mulut Dolores menghipnotis kami untuk tetap menikmati musik a la The Cranberries. Sebuah encore yang ciamik!
Oh, my life is changing every day – In every possible way
And my dreams it’s never quite as it seems – Never quite as it seems
Set list songs The Cranberries
Tak rela sepertinya The Cranberries harus menyelesaikan konsernya malam itu. Jarum jam berada di pukul 00.23 menit ketika lampu panggung dimatikan. Pertanda The Cranberries telah menyudahi konsernya. Kali ini benar-benar selesai.
All the things you said to me today – changed my perspective in every way
These things count to mean – so much to me
I’ll be dreaming my dreams – with you
And there’s no other places – That I’d lay down my face
I’ll be dreaming my dreams – with you
Thank you, The Cranberries.
Tulisan ini untuk mengenang mendiang Dolores O’Riordan. Sugeng tindak, mbak Dolores. Sampai berjumpa lagi di keabadian.
*RIP Dolores O’Riordan (6 September 1971 – 15 January 2018)