NTRL: Konser kena tanggung!

Ketika gelombang musik grunge menghantam Seattle di awal 1990-an dengan para dedengkot macam Nirvana, Alice In Chains, Pearl Jam maupun Mudhoney – di negeri ini tak bisa diabaikan sebuah band yang mengusung aliran musik yang sama yaitu Netral. Grup band yang dibentuk tahun 1991 itu awalnya digawangi oleh Bagus (vocal / bas), Bimo (drum) dan Miten (gitar). Single lagunya yang cukup nge-top bertitel “Wa…lah” waktu itu sempat wara-wiri di saluran MTV Indonesia, kala era grunge masih berjaya.

Melihat penampilan atraktif, penuh energi dan liar dari Netral memang mengasyikkan, suwer! Beberapa kali menyaksikan aksi panggung mereka seperti mendapatkan angin segar, ditengah serbuan musik beraroma Melayu beberapa tahun terakhir ini yang “nggak gue banget”.

Akhir pekan lalu, bersamaan dengan event lomba salah satu produsen alat musik aku berkesempatan menyaksikan (dan juga motret… Yeaay!) aksi panggung Netral lagi. 3 “bocah” gila dan sableng yang karya musiknya selalu liar dan penuh energi. Netral – yang bertransformasi menjadi NTRL karena kasus hak paten – selalu menarik untuk disimak aksi panggungnya.

00__P5860721

NTRL saat ini sudah berganti formasi – yaitu Bagus (vocal / bas), Eno (drum) dan Coki (gitar). Musik mereka semakin dewasa dan kadang cukup “nakal” dalam beberapa aransemen lagunya. Konser yang bertempat di Teater Besar – Taman Ismail Marzuki, Jakarta ini terbilang konser yang “aneh” menurutku. Can you imagine, sebuah grup band bergenre alternative rock yang terbiasa dengan moshing dan crowd surfing pentas di gedung teater? Nggak bakal asyik kayaknya… Hahaha.

Konser dibuka menggebrak dengan lagu “Lintang”. Lagu bertempo cepat yang merupakan soundtrack film Laskar Pelangi ini cukup memanaskan Teater Besar yang sebagian besar diisi oleh Netralizer.

“Wooiii, kalian ini nonton konser rock atau nonton teater sih? Kagak gerak sama sekali. Ayoo, yang mau moshing ya moshing saja. Bebas!!” teriak Bagus dari atas panggung.

00__P5860687

Bah! Salah lokasi pentas kayaknya nih. Aku yakin sebenarnya Netralizer bakalan lompat-lompat atau moshing – bahkan crowd surfing – jika tidak terhalang dengan deretan kursi keparat itu.

Tempo cepat masih dimainkan NTRL pada lagu kedua “Terbang Tenggelam” dari album Putih yang rilis tahun 2005. Selanjutnya disambung dengan lagu “Pertempuran Hati” yang dicomot dari album 9th.

Paduan 3 musisi yang bermusik dari hati ini memang terbilang solid. Cabikan bas Bagus tetap bertenaga dan terjaga rapi, hanya saja sekarang tak selincah dulu. Maklum, sekarang gempal banget badannya. Gebukan Eno pada drum-pun tetap asyik. Sementara Coki kecepatan tangannya memainkan dawai gitar sepertinya akan susah ditandingi para gitaris baru.

Satu hal yang “nggak banget” di pentas kali ini adalah tata lampu yang minim – bahkan bisa dikatakan seadanya. Lampu par yang menyala di sisi kiri dan kanan panggung di-set otomatis tanpa mengindahkan tata lampu panggung yang sesungguhnya dan juga musik yang diusung. Well, mungkin masalah biaya. But this is NTRL wooiii!!!

00__P5860720

Selanjutnya berturut-turut mereka memainkan “Cinta Gila” (9th), “Bobo” (Tidak Enak), “Kau” (Album Minggu Ini) dan “Sorry” (Putih). Sangat terasa energi liar sengaja mereka tularkan ke para penonton yang sebagian sudah mulai panas, terlihat dari mereka sudah mulai koor dan berteriak berjamaah.

Bagus boleh dibilang vokalis sekaligus ujung tombak yang cukup komunikatif baik dengan Coki maupun Eno, dan juga ke penonton. Beberapa kali ia bercanda dengan penonton. Pemain bas yang permainannya ditulari oleh The Police, Beatles, Sonic Youth dan Sex Pistols ini sangat enerjik, walaupun tidak seatraktif Rob Trujilo-nya Metallica, tetap asyik disimak penampilannya.

Komposisi selanjutnya yang dimainkan adalah “I Love You” dari album Kancut yang rilis 2003. Sebuah lagu cinta yang tetap gahar ciri khas NTRL, jauh dari kesan menye-menye (meminjam istilah mas Anang).

Simak lirik lagunya “kalau kau suka padaku / kenapa sih mesti malu / katakan saja / nggak usah disembunyiin / buat apa diumpetin / aku sudah tahu”. Dewasa tapi tengil… Hahaha

Garukan gitar Coki terlihat sangar di lagu ini dan terlihat ada ciri yang berbeda dari gitaris Netral sebelumnya, baik Miten (almarhum) ataupun Apoy (sekarang gitaris Wali). Lagu “Sakit Jiwa” dari album terakhir mereka 11/12 menjadi tampilan selanjutnya.

00__P5860675

Encore dari pertunjukan NTRL malam itu adalah “Garuda Di Dadaku”. Lagu ini memang sarat rasa nasionalisme, seakan menjadi perlambang akan rasa cinta kita kepada negeri ini. Menggelora, bersemangat dan penuh energi.

Mengalih-lirikkan nada, not dan irama lagu “Apuse” dari Biak menjadi bagian dari lagu ini memanglah tepat dan hal yang patut diacungi jempol. Ketukan brutal Eno pada drum, serta permainan rhythm gitar Coki yang megah dan penuh membuat lagu ini kaya rasa. Permainan riff Coki memang bangsat edan!!

Hal yang tak biasa ditampilkan saat refrain, ketika Eno mengendurkan beat dan memainkan snare drum dengan irama ripple. Selanjutnya Bagus memimpin penonton untuk berkolaborasi dengan NTRL bernyanyi bersama “Garuda di dadaku / Garuda kebanggaanku / Ku yakin hari ini pasti menang”.

Asli, bikin merinding!! Sebuah penutup konser NTRL yang oke, walau tak bisa dibilang sempurna. Kentang. Kena tanggung!!

Terlepas dari tata panggung yang “yaaa gitu deh” ditambah sound system yang kurang maksimal, aksi panggung NTRL tetaplah sebuah suguhan yang atraktif dan layak dinikmati.

NTRL, hail yeah!

This slideshow requires JavaScript.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: