Heart of Worship

“Apa yang engkau bawa sebagai persembahanmu kepada Gusti Allah, ketika engkau datang melewati pintu gereja di hari Minggu?” – @burgerk3ju

When the music fades / All is stripped away / And I simply come / Longing just to bring / Something that’s of worth / That will bless Your heart

I’m coming back to the heart of worship / And it’s all about You, it’s all about You, Jesus

Penggalan lirik diatas diambil dari lagu “Heart of Worship”, menggambarkan bahwa sejatinya penyembahan adalah sebuah ekspresi jiwa, membawa seserahan yang sangat berharga, berasal dari hati yang terdalam untuk pribadi yang sangat dicintai.

Lagu yang diciptakan Matt Redman akhir dekade 1990-an ini tercipta saat terjadi masa apatis di dalam gereja tempatnya berada yaitu Soul Survivor, di Watford, Inggris. Jemaat di sana saat itu mengalami krisis kepercayaan dan merasa garing dalam setiap perkumpulan ibadah mereka. Mereka kehilangan makna tentang arti sebuah penyembahan.

Mike Pilavachi, pastor di gereja itu, melakukan hal yang cukup berani dengan menyingkirkan seluruh perangkat sound system beserta alat-alat band selama semusim. Mereka mulai memuji dengan suara, hanya dengan suara. Mereka mengakui ada “ketersesatan” dalam ibadah dan membuang semuanya adalah cara untuk kembali ke akar penyembahan. Penyembahan dengan hati dan jiwa. Ekstrem yes!

Awalnya terlihat canggung dan memalukan, namun dari peristiwa ini justru banyak orang bertemu Gusti Allah dengan cara yang baru dan lebih segar. Doa-doa yang dipanjatkan dengan tulus, mazmur maupun lagu baru yang terlahir dari rahim yang benar-benar haus akan kebaikanNya.

Berlatar belakang keheningan, Matt menuangkannya menjadi sebuah lagu. Ia tak menyangka bahwa lagu sederhana yang ditulis dengan cepat di kamar tidurnya ini begitu bernapas dan “diambil alih” Gusti Allah untuk tujuanNya. Cool, huh!

Worship in silence.

Penyembahan Adalah Sebuah Keintiman

Buat aku pribadi – sepanjang perjalananku bersamaNya – menyembah adalah sebuah sikap roh, sebuah kegiatan pribadi yang terjadi di dalam diri, dan bertitik fokus kepada Sang Pencipta (berat ya bahasanya… Hehehe). Sederhananya gini deh, menyembah adalah sebuah aksi yang aku lakukan (sifatnya pribadi) di dalam roh-ku kepada Sang Pencipta.

Jadi ketika aku menyembah, aku tidak tergantung apapun, dimanapun atau kepada siapapun – karena itu sifatnya pribadi. Hal ini nggak ada hubungannya dengan sikap tubuh, namun berkaitan dengan sikap lubuk hati kita. Deal? OK.

Daud dalam nyanyian mazmur-nya mencatat “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk” (Mazmur 51: 17); lewat pernyataan ini, penegasannya sangatlah jelas yaitu kepada sikap hati dan jiwa yang hancur, patah dan remuk. Mengapa? Karena pada kondisi itulah kita jujur sejujur jujurnya.

Hal ini terlepas pada aturan mengenai apakah kita melakukan penyembahan dengan duduk, bersila, berdiri, tersungkur, diam atau menyanyikan pujian.

Surrender in a worship.

Surender in a worship

Saat menyembah adalah saat dimana hati dan jiwa kita terpaut dengan Sang Maha Kasih. Bermesraan dan berciuman. Suatu hal yang tak mungkin dilakukan dari jauh, harus dekat dan mengikat. Menyembah adalah sebuah keintiman.

Proskuneo adalah kata dari Yunani yang diterjemahkan menjadi penyembahan. Kata yang terdiri dari pros (kedekatan) dan kuon (anjing), melukiskan gambaran seekor anjing yang menjilat tangan tuannya.

Cara anjing menjilat tuannya ini ternyata adalah sebuah ungkapan ekspresi tentang kasih, kesetiaan dan ketaatan seekor anjing. Aku teringat akan Bruno, anjing herder peliharaanku yang selalu mengibas-ibaskan ekor dan kemudian menjilati tanganku saat ia melihatku pulang dari sekolah ketika aku masih kecil.

Bruno seekor anjing yang sangat patuh, bahkan ketika aku menyuruhnya untuk mengambil bola tenis yang sengaja aku lempar jauh. Ia dengan setia mengambil dan menyerahkan bola itu kepadaku, hanya untuk membuatku tertawa terkekeh dan senang.

Begitulah gambaran sederhana tentang hal penyembahan. Kasih, setia dan taat. Berbicara tentang penundukan disana.

Proskuneo, sikap menyembah, penyembahan.

Mazmur Kekinian

Percaya nggak bahwa bermazmur itu bukanlah monopoli seorang Daud semata? Mazmur tak hanya berhenti pada jaman Daud, namun kamu juga bisa mencipta mazmur lho. Puji-pujian, keluh kesah, kisah suka cita maupun pengagungan akan kebesaran karyaNya yang keluar dari dalam hati dan kejujuranmu, itu adalah sebuah mazmur masa kini.

Tuanku, betapa mulut ini ingin mengucap / namun bibir ini terkatup rapat / tak sanggup aku / Belaian tangan-Mu, teduh wajah-Mu / manis bagaikan madu senyum-Mu, ya Tuan.

Namaku tertera di telapak tangan-Mu / terpatri dalam relung hati-Mu / Peluk dan dekapan-Mu, ya Tuan / itu memuaskanku.

Kasih dan cinta-Mu mencacah sekat-sekat hati / meruntuhkan ego dan sombongku / Air mataku mengalir / tersapu lembut oleh cinta-Mu.

Rindu-Mu, hasrat-Mu / itu menghancurkanku / Tuanku, manisku / aku milik-Mu / seutuhnya.

3 bait diatas ditulis saat aku melakukan perjalanan luar kota dan berada dalam sebuah gerbong kereta api. Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan saat itu; ketika aku melepaskan pandangan mata lewat jendela kereta api yang melaju cepat, terlihat hamparan persawahan luas yang menguning tanda siap panen. Aktivitas para petani di sawah tergambar jelas. Mereka terlihat bahagia karena telah berjerih lelah.

Pada saat itulah mazmur keluar dan mengalir begitu saja dari dalam hati yang terekspresikan dalam bentuk tulisan. Sebuah ungkapan kekaguman, ketidak berdayaan dan bentuk penyerahan yang tertuang dalam sebuah nyanyian penuh pengagungan.

Sing like never before!

Sing like never before!

Penyembahan adalah suatu ekspresi hati, bukan emosional. Diwujudkan dalam kasih dan pemujaan dari hasil hubungan dengan Sang Maha Kasih. Penyembahan bukanlah musik semata, namun musik dapat digunakan sebagai media untuk mengekspresikan kasih dalam sebuah penyembahan.

Penyembahan adalah sebuah aksi pribadi untuk bertemu dan menikmati pribadi Gusti Allah, mengenal hingga mengalami diriNya.

Penyembahan bukanlah sekedar menyanyikan lagu bertempo pelan atau cepat, namun jauh lebih dalam dari itu, ia berbicara tentang penyerahan hidup, penyerahan hak, penyerahan masa depan dan penyerahan total seluruh kehidupan kita kepada Gusti Allah.

Saat ini Gusti Allah sedang berjalan. IA berjalan di depan kita! IA mencari penyembah-penyembahNya. Penyembah yang menyembah dengan cara yang tak biasa. Bernyanyi, menari dan melompat untukNya. Dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Dari hati. Dari jiwa yang sesungguhnya.

Bless the LORD o my soul, o my soul / Worship HIS Holy name / Sing like never before / I’ll worship Your Holy name.

Kamu mau menjadi penyembahNya?

Worship in a harmony.

29/09/2018 – Ps. Chris Manusama

2 Replies to “Heart of Worship”

Leave a reply to erolaworks Cancel reply