A journey to Mt. Gede / Perjalanan ke Gunung Gede

An invitation came from a colleague of photography, Asep – which invites me to climb to Mt Gede. A pretty tempting challenge I think, as I had never climb a mountain in West Java before, so this is the very first time I go to Mt Gede.

Ajakan kali ini datang dari kawan fotografi, Asep – yang mengajak naik Gunung Gede. Sebuah tantangan yang cukup menggoda, secara gue juga belum pernah naik gunung di area Jawa Barat. Jadi ini adalah kali pertama gue ke Gunung Gede.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Starting to track, the journey begin

After getting information about the height of the mountain, the level of humidity and its terrain (of course out of Google I get this) – I said YES to the challenge. Incidentally at that time, were still days after Iedul Fitri, so I think this would be lonely ride to the mountain.

Setelah mendapatkan keterangan tentang tinggi gunung, tingkat kelembaban dan medan disini (tentu saja dari Google gue dapat informasi ini) – gue mengiyakan ajakan tersebut. Kebetulan waktu itu adalah masih hari-hari setelah Iedul Fitri, jadi pertimbangan gue adalah pasti akan sepi yang naik ke gunung ini.

00__P7146683.jpg
The track to the peak of Mt. Gede / Jalur pendakian menuju puncak

Agreed with the day of departure and return, we divide the task on logistics and luggage. Once everything is clear, we are ready to go. Just two of us, because others has cancel to join. It doesn’t matter.

Setelah sepakat dengan hari berangkat dan pulang, kita bagi tugas masalah logistic dan barang bawaan. Setelah semuanya jelas, kami siap berangkat. O ya, kami berangkat hanya berdua karena satu teman yang lain batal berangkat.

Departing from Bekasi – Kampung Rambutan Bus Station – Cibodas we reached within approximately 4 hours; passable traffic jams in Ciawi’s area to Puncak. Once we completed the administrative there, and eat – we decided to rest. Mean while we waiting for the time to go up the mountain, it is schedule to start at 04.00 am.

Berangkat dari Bekasi – Terminal Bus Kampung Rambutan –  Cibodas ditempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam; traffic lumayan macet di area Ciawi menuju Puncak. Selesai urus sana-sini administrasi, urusan isi perut juga sudah – kami memutuskan istirahat sambil menunggu waktu untuk naik gunung yang rencananya start jam 04.00 pagi.

The time was half past three when we were awakened by our colleague, and we joined another group which 5 people. It is fun when getting new friends on this trip. We prayed together before the start of the climb. Each ascent or a trip to be very heavy when first footstep, am I right?

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
The tracking path / Jalur pendakian

Tepat jam setengah 4 kami dibangunkan oleh rekan kami, ternyata kami ikut rombongan lain yang total berjumlah 5 orang. Menyenangkan ketika mendapatkan teman-teman baru dalam perjalanan kali ini. Tak lupa sebelum mulai pendakian, kami berdoa bersama. Setiap pendakian atau perjalanan menjadi sangat berat ketika langkah kaki pertama, benar nggak?

The air is bright and pretty cold this morning; my jacket and gloves quite warm to my body and hands. After hundred meters walk, my body began to sweat – my breath and my legs begin to comply with the conditions. Soon, the sun began to show its light and the air started a little warmer – it force me take off my jacket and gloves. I wear the t-shirt to make the trip more comfortable. In several times I had to stop just to catch my breath and quench my thirst.

Udara cukup cerah dan dingin pagi itu; jaket tebal dan sarung tangan cukup menghangatkan tubuh dan tangan kami. Setelah beberapa ratus meter berjalan, badan gue mulai berkeringat – napas dan kaki mulai menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Tak lama, matahari mulai menampakkan sinarnya dan udara mulai sedikit hangat – hingga memaksa gue melepas jaket dan sarung tangan. Cukup dengan t-shirt membuat perjalanan makin nyaman. Beberapa kali terpaksa gue berhenti sekedar melepas penat, mengatur napas dan melepas dahaga.

00__P7146731.jpg
The directions / Penunjuk jalan

The hiking track of Mt. Gede is comfortable I can say. The footpath is quite large and has been laid out neatly with stones. After some times past stops, we arrived at the junction heading towards the peak of Gede and Pangrango – while the other direction toward to waterfall. From these clues, we get the information that the peak of Mount Gede was still 8.5 Km.

Jalur pendakian Gunung Gede termasuk nyaman dilalui. Jalan setapak cukup besar dan sudah ditata rapi dengan batu. Setelah beberapa kali melewati pos pemberhentian, kami sampai di pertigaan menuju kea rah puncak Gede dan Pangrango – sementara arah yang lain menuju Air Terjun. Dari petunjuk ini kami mendapatkan informasi bahwa puncak Gunung Gede masih 8,5 Km.

We continue the journey once we were having rested. The tracking path is going more difficult, that forcing me to catch my breath sometimes. There are several pit stops along the way, cool and fresh mountain air make this trip quite heavy but fun. I met with the other climbers, either down or up (wow, I do not count how many times I passed by other climbers… LOL)

00__P7146703.jpg
The tracking path / Jalur pendakian

Setelah cukup beristirahat, kami meneruskan perjalanan. Jalan semakin menanjak, memaksa gue beberapa kali mengatur napas. Terdapat beberapa pos pemberhentian sepanjang perjalanan, sejuk dan segarnya udara gunung membuat perjalanan yang cukup berat ini menyenangkan. Beberapa kali papas an dengan para pendaki lainnya, baik yang turun ataupun naik (wuiiih… nggak hitung berapa kali gue disalip sama pendaki lain hahahaha)

It is very fun at all when we got on hot springs, and I had to stop and take some photos. Passing from this spot, we get some more rest and continuing the trip to last pit stop before the climbing path to the top – it calls Kandang Badak. Here we see a lot of tents and other climbers are resting. Well, along our climbing this time – we didn’t eat at all from lower basecamp since we start at dawn. We just eat a piece of bread and drink. That why it takes quite a long time for us until we got in Kandang Badak. Thank God, we were given a box of biscuits by other climbers who looks like they will go down . Well, good for us. Thank you.

00__P7136596.jpg
The hot spring / sumber air panas

Sangat menyenangkan sekali ketika kami sampai di mata air panas, sempat berhenti dan mengambil beberapa foto di spot ini. Lewat dari spot ini, kami beristirahat lagi sebelum meneruskan perjalanan hingga pos terakhir sebelum jalur pendakian ke puncak – yaitu Kandang Badak. Disini banyak tenda berdiri dan para pendaki lainnya tampak sedang beristirahat. O ya, sepanjang pendakian kami kali ini tanpa mengisi perut sama sekali. Karena kita mulai dari subuh dan tidak ada logistic, hanya makan sepotong roti dan minum. Itulah yang memaksa kami memerlukan waktu yang cukup lama hingga kami sampai di Kandang Badak. Thank God, di Kandang Badak kami diberi sekotak biscuit oleh pendaki lain yang sepertinya mereka akan turun. Well, good for us. Thank you.

The journey continues to the summit of Mount Gede. The climbing lane is becoming increasingly difficult, to achieve 70 % slope – rocky path up to the level of dense vegetation. Makes me to take some breaks and catch my breath. With my backpack which is quite heavy, it makes me to step slowly. Asep is not visible in the front, and I’m left alone. I feel uncomfortable to walking alone in this difficult track here. I decided to wait other climbers, while I chew an apple and having a rest.

Perjalanan berlanjut menuju puncak Gunung Gede. Jalur pendakian menjadi semakin sulit dengan tingkat kemiringan mencapai 70% dan jalur berbatu hingga tingkat vegetasi yang rapat. Memaksa gue harus banyak mengambil dan mengatur napas. Dengan tas ransel di punggung yang cukup berat, memaksa kaki melangkah pelan. Asep sudah tidak kelihatan di depan, dan gue ditinggal sendiri. Karena beban dan jalur yang makin berat – sementara berjalan sendiri menurut gue tidak nyaman. Maklum, ini kan baru sekali main ke sini. Gue memutuskan untuk menunggu beberapa pendaki lain yang searah naik, sembari gue mengunyah bekal sebuah apel. Cukup melepaskan lelah dan mengganjal perut.

 

00__P7146693.jpg
The tracking path to the peak / Jalur tanjakan ke puncak

Short of the story, I got to the top by noon. It takes nine hours for a distance of 10 Km to the top of the mountain. Fine, it’s OK. The important is physical endurance and get to the destination, whereas I had almost given up before, to saw the hiking trail. The most severe climbs here we called “Tanjakan Setan or Rise of Evil” – indeed the devil!!! LOL

Singkat cerita gue sampai di puncak pas tengah hari, total perjalanan gue tempuh 9 jam – untuk jarak 10 Km. Fine, okay. Yang penting adalah ketahanan fisik dan sampai ke tujuan. Padahal sebelumnya gue hampir menyerah, melihat jalur pendakian yang cukup menguras stamina dan mental itu. O ya, tanjakan yang paling parah disini dinamakan “Tanjakan Setan” – memang setan dah itu!!! Hahahaha…

Tired, sore feet and starving – the rain began to fall on top of Mt. Gede in the afternoon. Asep who reached the summit first, already ordered a serving of instant noodles – and I eat it without comment. Hungry. LOL. It increasingly heavy rain, we’re decided not to go down to Surya Kencana as our plan before. It distance between the peak and Surya Kencana quite far enough and slippery conditions due to rain. After finding the location that we can set up a tent, we decided to camp on the peak of Mt. Gede. We spend the night there and our plans to see morning sunrise tomorrow.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Peak of Mt. Gede – Mt. Pangrango at the background

Capek, kaki pegal dan perut lapar – ditambah siang itu hujan mulai turun di puncak Gunung Gede. Asep yang sampai di puncak lebih dulu, sudah memesan seporsi mie instan yang langsung gue santap tanpa komentar. Hahahaha… Lapar. Sementara hujan semakin lebat, kami tidak jadi memutuskan untuk turun ke padang Surya Kencana seperti rencana awal. Mengingat esok pagi kami berencana lihat sunrise, sementara jarak ke Surya Kencana cukup jauh dan kondisi licin karena hujan. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan berkemah di puncak Gunung Gede. Setelah menemukan lokasi yang bisa kita mendirikan tenda, kami bermalam disana.

The night air is cool enough; we continue to cook food for dinner. In the cold and rainy weather we decided to go into the tent and lay down. Rest and sleep. Indeed, it was the longest night of the day that we miss. In the morning when the call to see the sunrise came, we got up and rushed out of the tent. The air was still quite cold, forcing us not to take off the jacket and gloves. Unfortunately, that morning the sun hid behind the clouds. Less bright in the morning, only a tinge of light that is visible on the morning sky.

Malam itu udara cukup dingin, sementara kami selesai mendirikan tenda berlanjut memasak makanan untuk makan malam kami. Selesai makan malam, karena cuaca dingin dan hujan kami memutuskan untuk masuk ke tenda dan merebahkan badan. Istirahat dan tidur. Sungguh, itu adalah malam terpanjang yang kami lewatkan hari itu. Pagi ketika panggilan melihat sunrise terdengar, kamipun bangun dan bergegas keluar tenda. Udara masih cukup dingin, hingga memaksa  kami tidak melepas jaket dan sarung tangan. Sayangnya, pagi itu matahari bersembunyi di balik awan. Kurang cerah memang pagi itu, hanya semburat sinarnya yang tampak di langit pagi itu.

00__P7146650.jpg
Welcome sunrise / Selamat datang sang pagi

We take some photographs at the summit of Mt. Gede and then we cook our breakfast – again, instant noodles. This is the third time we ate instant noodles. LOL

Setelah puas mengambil foto-foto di puncak Gunung Gede pagi itu, kami bergegas untuk memasak sarapan – sekali lagi, mie instan. Ini adalah kali ke tiga kami makan mie instan… Hahahahaha…

P7146640.JPG
The peak of Mt. Gede / Puncak Gunung Gede

Morning meal is just finished; we proceed to dismantle our tents and went down. The tracking down turned out to be more severe; because the track was still wet the rest of the overnight rain. Bit slippery, thus forcing two of us walk more carefully. After walk down less than 2.5 hours on the derivatives track, we got in the Kandang Badak. Here we take rest a little while to get our breath back. The journey continues to return to the Pos Ranger below. Along the way, after more than 3 hours we had to stop and cook our lunch – and again instant noodles. O my God, we missed the rice. We are longing to eat vegetables. LOL

Urusan makan pagi selesai, dilanjutkan untuk membongkar tenda dan bergegas turun. Track jalur turun melewati jalur naik kemarin ternyata lebih berat; dikarenakan track masih basah sisa hujan semalam. Agak licin, sehingga memaksa kami berdua berjalan lebih hati-hati supaya tidak terpeleset. Setelah menguras tenaga kurang lebih 2,5 jam di track turunan, kami sampai di Kandang Badak. Disini kami beristirahat sebentar sambil mengatur napas kembali. Perjalanan berlanjut untuk kembali ke Pos Ranger di bawah. Di tengah perjalanan, setelah kurang lebih 3 jam kami sempat berhenti dan memasak makan siang – dan lagi-lagi mie instan. O my God, kami rindu nasi. Kami rindu makan sayuran… Hahahaha

00__P7146709.jpg
Kandang Badak camping ground / Pos Kandang Badak

Our trip to the Pos Ranger finished just before the day into night. And we continued our trip from Cibodas towards Kampung Rambutan Bus Terminal, and immediately return to our homes each in Bekasi. 

A pleasant experience – unique and adrenalin rush!

Perjalanan kami menuju Pos Ranger di bawah selesai tepat sebelum hari menginjak malam. Dan kamipun melanjutkan perjalanan kami dari Cibodas menuju Terminal Bus Kampung Rambutan, dan langsung pulang ke rumah kami masing-masing di Bekasi.

Pengalaman yang menyenangkan – unik dan menantang adrenalin!

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: