Menikmati Brown Canyon di kala pagi menjadi menu kami pagi ini, setelah sebelumnya kami berangkat jam 6 pagi dari rumah gue. Ada baiknya mungkin lain waktu, gue bakalan menyiapkan waktu lebih pagi lagi – karena semburat matahari pagi disini juga menyimpan sensasi tersendiri. Next time, I promise.
Ternyata geliat pekerja menggali dan mengangkut pasir dan batu hasil kerukan tanah di Brown Canyon sudah tampak. Bikin foto-foto keren, update status dan sedikit tracking menghiasi hari kami pagi itu. Menikmati setiap hari dengan sapaan keramahan alam dan sentuhan lembut Sang Mentari sungguh membuat kami lebih bersyukur akan nikmat Sang Kuasa; dan lagi membuat paru-paru kami tetap terjaga sehat… hahahaha.

Puas di Brown Canyon, kami pulang. MJ harus segera packing. Dia akan meneruskan perjalanan ke Medan, tujuan dia selanjutnya. Tepat jam 11.15 gue antar MJ ke airport naik motor. Flight schedule dia jam 12.20 siang itu. Ada rasa sedih ketika dia harus berpisah dengan kami semua. Dia menemukan keluarga baru di tengah-tengah keluarga gue. Keramahan dan kebaikan keluarga dirumah gue benar-benar membekas di hatinya – begitu yang dia katakan ke gue. Well, hanya itu yang bisa kita berikan MJ – kebaikan dan keramahan khas bangsa kami, Indonesia. Sempat berfoto bareng dengan keluarga gue, dan foto bareng terakhir dengan gue di bandara – MJ berpamitan ke Medan. See you again, buddy. Have a safe flight. Be a world traveller ya… Hehehe…
Dari pesan singkat yang dia kirim terakhir ke gue – pas gue tulis tulisan ini – MJ sudah berada di Medan dan menikmati keramahan dan kebaikan halak hita di Medan. Horas!
Siang itu udara sangat panas, gue memutuskan tidur setelah antar MJ ke bandara. Agak sorenya, gue dan Via ke stasiun untuk mencetak tiket pulang kami. Yak, malam ini kami bakalan pulang ke Jakarta juga. Tak lupa menu tahu gimbal kami nikmati sebelum kami pulang. Dengan diantar kakak gue ke stasiun setelah sebelumnya berpamitan ke ibu dan keponakan gue, kereta ekonomi bakalan membawa badan ini kembali ke Jakarta.
Kereta paling sopan yang terakhir kali gue naik Januari lalu – ketika gue berangkat traveling ke Merbabu bareng teman-teman gue – bakalan “menyiksa” gue 7 jam. Ampuuun dijeee!!! 7 jam yang panjang. 7 jam yang membosankan. 7 jam yang bikin kaki gue kram dan pantat panas. Apakah backpacker harus mengalami hal itu? Apa salahku sehingga harus “disiksa” 7 jam? Hahahahaha… Lebay!
Kereta ekonomi itu ternyata amsyong! Sempat mengalami penundaan keberangkatan selama hampir 1 jam gegara kendala teknis, sudah pasti jadwal kedatangan juga bakal molor. Sigggh! Untung ber-AC, kalau nggak mungkin gue bakalan lompat dan ganti angkutan ke Jakarta.
Nggak penting buat gue tulis pengalaman naik kereta kali ini, secara kita jalan malam – nggak banyak yang bisa dilihat. Bangku di depan gue juga nggak terisi dede gemes ataupun tante gurih, hanya bapak-bapak separuh baya yang kalau tidur mulutnya menganga lebar. Sayang gue nggak bawa terasi atau garam… Hahahahaha

Tepat jam 04.00 subuh, kereta menginjakkan roda besinya di stasiun Bekasi. Dengan menumpang ojek manual (bukan online) yang menggilas aspal di subuh itu, tukang ojek mengantarkan gue pulang dengan selamat.
5 hari perjalanan yang menyenangkan. 5 hari perjalanan yang semuanya gue harus bangun subuh…
Saatnya tidur dengan sempurna dan bangun siang. Adios!
Tips pergi backpacker:
- Cari tiket jauh-jauh hari biar dapat tiket murah, arrange dengan cermat segala rute perjalanan
- Siapkan fisik, mental dan tentu saja uang yang cukup. Dilarang ngutang, kecuali sangat kepepet
- Kalau berencana nge-hit pantai kayak trip gue, siapkan logistik secukupnya – terutama air minum
- Kalau mau nge-hit pantai, siapkan sandal karet atau sandal pantai – jangan pakai high heels, nyungsep ntar
- Krim pelindung matahari perlu juga, kulit gue terbakar kemarin karena lupa nggak bawa
- Kalau mau tanning atau berencana menghitamkan kulit, banyak main ke pantai – nggak usah ke salon, mahal
- Ajak gue jangan lupa kalau mau pergi backpacker… hahahaha