CLBK

This time I had the opportunity to hit one of the beautiful places. People of the internet talked on the discussion forum about the place; I just knew it from one post told about it. Curug Lawe and Curug Benowo . Curug is a Java language means waterfall. Searchingly this place is in Ungaran , a small city not far away from my hometown Semarang

Trip kali ini gue berkesempatan nge-hit salah satu tempat yang jadi bahan omongan di kalangan netizen. Penduduk internet rame-rame ngebahas tempat yang satu ini, bahkan gue baru tahu dan dengar dari salah satu postingan yang memuat tempat ini. Curug Lawe dan Curug Benowo. Curug sendiri adalah bahasa Jawa yang artinya air terjun. Selidik punya selidik ternyata tempatnya di Ungaran, nggak jauh dari rumah gue di Semarang – sepeminuman kopi lah.

Today I went travel with Dianse, my fellow photographer.  He and his family traveling to Ungaran by car and you can say that I am his co-driver.

Kali ini gue dapat tawaran yang renyah dan gurih dari Oom Dianse – teman tukang foto gue. Seorang penggerak dunia IT yang katanya mau nyalon jadi Menteri Kominfo tahun 2024 nanti. Oom Dianse dan keluarganya travelling ke Ungaran dalam rangka mudik naik mobil, dan gue sebagai backpacker borjuis berkesempatan menjadi co-driver beliau 😀

Anyway, I go from Semarang at 5.00 o’clock in the morning ride a motorcycle by myself. It’s not really difficult to find roads and location of the waterfall, off course with the assistance of the Google maps and I had survey this area a day before. It took about 45 minutes to the location.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Signature pose 🙂

Singkat cerita di Minggu pagi yang cerah tak berawan, gue berangkat dari Semarang jam 5 pagi – dengan ETA (Expected Time Arrival) di tekape kurang lebih 45 menit naik motor. Yaak, naik motor. Sendiri. Di pagi buta. Sudah biasalah itu. Gue nggak terlalu kesulitan menemukan jalan dan lokasi curug ini, tentunya dengan bantuan Google Maps dan sehari sebelumnya gue sudah survey daerah ini. Tepat estimasi gue, 45 menit sampai di lokasi.

The place is still quiet when I arrived. There has been no activity in this place, because it had not opened yet. There are no cars or motorcycles on the parking area. The road access is pretty good and the street signs are complete, sure you won’t be get lost. This waterfall located on the slopes of the Mt. Ungaran. Please fill the fuel of your car or motorbike, if you do not want to run out. It would be little bit difficult to find a gas station near the area. This would take about 30 minutes from the main road entrance to the small road to the waterfall; you will find the township residents. The road width is only enough for one car pass, every time a car passed it must give a way to each other. You will see a fascinating landscape and a clove plantations which beautiful along the street.

Jam 05.45 suasana di tekape masih sepi. Belum ada aktifitas di tempat wisata ini, karena memang belum dibuka – baik tempat retribusi ataupun area parkirnya. Oh ya, akses jalan ke sini cukup bagus dan papan petunjuk jalan sudah lengkap. Nggak bakalan kesasar dah. Jalan yang menanjak cukup tinggi, karena curug ini terletak di lereng gunung Ungaran. Isi bahan bakar sebelumnya kalau nggak mau kehabisan ya motor atau mobilnya. Dari jalan utama masuk ke jalan kecil menuju curug kurang lebih 30 menit, masuk ke perkampungan penduduk dengan lebar jalan hanya cukup untuk 1 mobil lewat – artinya setiap kali mobil berpapasan harus saling memberi jalan mengalah minggir dulu. Perjalanan ke sini disuguhi lansekap yang menarik, dan tentunya perkebunan cengkeh yang memanjakan mata. Indah, braaay…

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
The enter gate of CLBK

Entrance ticket to the waterfall is quite cheap, 4000 rupiahs for 2 charming waterfall. I started to tracking at 6.00 o’clock. The road begins with a concrete track uphill for 200 meters long with a slope of 45 degrees. Quite a bit of exertion in the beginning; enter the gate greeted with a track downhill stairs. Track continues with the concrete path, its width approximately 60 cm. The track for about 800 meters long. Take a deep breath here. In this track when we meet someone, we need to give a way to each other. The left side of this track is the abyss which deep enough and high cliffs that prone to landslides on the right side, and a small river for irrigation in the middle. So, you should be careful.

Tiket masuk ke curug ini cukup murah IDR 4000 untuk 2 curug yang menawan. Tepat jam 6 gue mulai tracking. Jalan diawali dengan track beton menanjak sepanjang 200 meter dengan tingkat kemiringan 45 derajat. Cukup sedikit menguras tenaga di awal; masuk ke pintu gerbang disambut dengan track menurun anak tangga. Track berlanjut dengan jalan setapak beton dengan lebar kurang lebih 60 cm, pas seukuran kita jalan sendiri. Track ini sepanjang kurang lebih 800 meter, landai. Silahkan ambil napas banyak-banyak disini… Hahahaha. Di track ini kalau kita papasan dengan orang, silahkan menepi salah satunya. Baru bergiliran lewat. Di kanan – kiri track ini adalah jurang yang cukup dalam dan tebing tinggi yang rawan longsor plus di tengah-tengahnya adalah sungai kecil untuk aliran irigasi. So, mesti hati-hati ya.

Jalur tracking
The track to the waterfall

The track continues with dirt track – a combination of uphill and downhill. This is cool! You will find a red bridge, name Romantic Bridge – before you start the dirt track; in some part of the bridge the woods look so fragile, you must watch your steps. Perhaps that’s why it so-called Romantic Bridge. LOL

Selesai di track beton, berlanjut track yang sesungguhnya. Jalur tanah bebatuan – kombinasi tanjakan dan turunan. Keren ini! O ya, sebelum sampai track tanah berbatu ini ada jembatan ber-cat merah yang dinamakan Jembatan Romantis… Halaaah; romantis apanya lha wong di beberapa tempat kayu dari jembatan ini tampak rapuh, rawan amblas kalau diinjak. Mungkin karena itulah dinamakan Jembatan Romantis. Sak karepmu lah…

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Romantic Bridge

Uphill and downhill tracks are quite challenging and draining the adrenaline. I was sweating profusely, clothes drenched in sweat and thighs tight enough passing through the contour of the road like that. Several times I had to stop just drinking and set my breath. I see the monkeys swinging freely on the trees along the way. That’s interesting. I went tracking this place alone, on early morning – with backpack contents of logistics and food; this frightened me if the monkey suddenly jump and get off my backpack. LOL

Track berbatu tanjakan dan turunan ini cukup menantang dan menguras adrenalin. Buktinya gue berkeringat deras, baju basah kuyup keringat dan paha cukup kencang dengan kontur jalan seperti itu. Beberapa kali gue sempat berhenti sekedar menenggak minuman dan atur napas. Jangan lupa, di sepanjang jalan gue sempat melihat binatang lutung yang bergelantungan bebas di alam liar. Menarik. Sekaligus agak jiper juga. Gue nge-hit tempat ini sendirian, di pagi buta – jalan masuk tracking sendirian – bawa logistik di tas ransel isi makanan; takutnya itu lutung tiba-tiba lompat dan nemplok di punggung kan kejadian… Hahahaha

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
You won’t get lost with this signage 🙂

Thank God, I was safe all the way to the waterfall. It took for at least 30 minutes and you will see the junction – the left towards to Curug Benowo and the other direction to Curug Lawe. According to the instruction of the local guide, it’s better to Curug Benowo first. I take the left lane. The track began little more slippery and the water gurgling rumble. It is a sign that  Curug Benowo is near; according to the signboard it still 700 meters long way to track. Tracking path is quite challenging, you can find a large rocks. Great. Curug Benowo is in sight. Its height approximately 40 meters. Indeed enchanting eyes. The water debit is big enough. I shouted satisfied when arrived at this place. I don’t see other people .It just me. Alone. Yes!! This waterfall is my own. God created just for me! I make sometime to pray at the waterfall. I was amazed at God’s creation. Grateful I was given a long life, make this time to see HIS greatness.

Puji Tuhan, gue aman sepanjang perjalanan tracking ini dan sampai ke curug dengan tetap ganteng. Setelah tracking kurleb 30 menit sampai di pertigaan – ke kiri arah Curug Benowo dan yang satu lagi arah Curug Lawe. Menurut petunjuk dari lokal guide, lebih baik ke Curug Benowo dulu. Baiklah, gue nurut saja. Ambil jalur kiri. Jalanan mulai sedikit licin dan gemericik air semakin gemuruh. Tandanya curug Benowo sudah dekat; ternyata menurut papan petunjuk masih 700 meter tracking lagi. Jalur tracking cukup menantang, bebatuan semakin besar. Mantap. Curug Benowo sudah di depan mata. Air terjun setinggi kurang lebih 40 meter ini memang mempesona mata. Debit airnya juga nggak pelit, cukup besar. Gue berteriak puas ketika sampai di tempat ini. Bodo amat, belum ada orang ini. Cuma gue seorang. Yeess!! Curug ini berasa milik pribadi. Diciptakan Tuhan cuma buat gue! Anak alay nanti siang baru boleh ke sini. Pagi ini pokoknya cuma punya gue. Private waterfall. Gue sempatkan berdoa sebentar di curug itu. Gue kagum sama ciptaan Tuhan. Bersyukur gue dikasih umur panjang, buat lihat kebesaranNya kali ini.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Curug Benowo, beautiful isn’t it?

After take some selfie photographs and take some photos for this article, I continued to Curug Lawe. There is a shortcut to go here, you can go  through the bottom – exactly  we cross over on the right side through the bottom of Curug Benowo. I took this route.  This is going to save a lot of times, than you go back to the junction earlier.

Puas foto-foto selfie (anjriiit… repot juga ya foto2 selfie pakai timer di kamera; mesti bolak-balik hahahaha) dan ambil beberapa foto buat keperluan tulisan ini, gue bergeser ke Curug Lawe. Ada jalan pintas ke curug Lawe ini, yaitu lewat bawah (lebih tepatnya sih kita menyeberang ke bagian kanan lewat bawah air terjun Curug Benowo). Edaaaan. Gue sempat jiper lewat jalur ini, secara bakalan basah kuyup lewat bawah air terjun. Tapi ini bakalan menghemat waktu banyak dibanding lewat jalan balik pertigaan tadi. Dengan keberanian tingkat dewa kahyangan (nekat sih tepatnya hahahaha) gue berhasil lewat di bawah air terjun ini, dengan hasil celana dan sepatu tracking gue basah kecemplung air. Puas puaassss…

The track continues to wetlands and rocky with little derivative and concrete steps. Curug Lawe is located on the right side after we passed the concrete steps. Curug Lawe is more challenging – both on the track as well its beauty. There are major waterfalls and small ones. Remind me of CurugTumpak Sewu in Lumajang, East Java. Curug Lawe is so mystical I can say. I feel surrounded by giants when taking my “signature pose” photograph. It’s really beautiful. I wasn’t long in both waterfalls, I should go to church – it’s Sunday.

Track berlanjut dengan kontur tanah basah dan berbatu; kali ini sedikit ada turunan. Ketika sampai ke pertemuan jalur ke curug Lawe jalur berganti undakan beton yang cukup terjal. Dan selanjutnya Curug Lawe berada di sisi kanan setelah kita lewat jalur undakan beton itu. Curug Lawe menurut gue lebih menantang – baik dari jalur trackingnya maupun dari keindahannya. Terdapat air terjun utama dengan debit air yang cukup besar, dan beberapa air terjun kecil. Mengingatkan gue akan Curug Tumpak Sewu di daerah Lumajang. Aura mistis juga berasa di Curug Lawe ini. Gue berasa di kelilingi raksasa ketika mengambil gambar “signature pose”. Indah banget ciptaan Sang Khalik. Gue nggak lama-lama di kedua air terjun ini, secara gue harus segera berangkat ke gereja – karena ini hari Minggu.

Banner
The banner along the way, keep you smile

I met some peoples on my way back. The waterfall will be full with people in short of time. Luckily I can enjoy the beauty of the waterfall myself alone. I went back home satisfied.

Bergegas meninggalkan area curug, kembali tracking di jalur menantang sepanjang 800 meter itu. Kedapatan beberapa abege berpasangan yang datang on my way back. Kacruut! Sudah banyak anak alay yang datang, gan. Bakalan kayak cendol deh di curug itu, bayangan kepala gue. Beruntung gue masih bisa menikmati keindahan kedua curug itu sendiri. Pulang dengan senyum puas. Berhasil bercumbu lagi dengan alam. Bermesraan. Bercengkrama.

I expect to see angels coming down from heaven and take a shower under a waterfall – just like the story of Jaka Tarub . But I wasn’t met. I plan to hide all their clothes and shawl – evil plan. But it’s only on my dream. LOL

O ya, sebenarnya gue berharap bisa ketemu bidadari yang turun dari langit dan kemudian mandi di bawah curug – persis seperti cerita Jaka Tarub. Ternyata gue nggak ketemu. Padahal gue berencana bakalan sembunyiin semua pakaian dan selendangnya… hahahahaha

CLBK means Curug Lawe – Benowo Kalisidi, not Cinta Lama Bersemi Kembali (Old Love Springing Back). 😀

CLBK disini artinya Curug Lawe – Benowo Kalisidi (nama desanya); jadi bukan Cinta Lama Bersemi Kembali ya… Hahahaha

Ucapan terima kasih:
  • Matur nuwun Gusti Allah, masih diberi umur panjang – kaki yang kuat – napas yang sehat buat menikmati alam hasil karyaMu. Ajiib sangat kepingan surgaMu, Gusti Allah
  • Oom Dianse H, tante Listya Hanggarti… matur nuwun sudah menculik saya. Lain kali kalau pulang Ungaran lagi aku meluuuu
  • Tas backpack, sepatu gunung, jaket Liverpool… Terima kasih sudah setia jadi travel partner gue. Besok nge-trip lagi ya #YNWA
Tips melancong ke CLBK:
  • Bawa perbekalan makanan dan minuman yang cukup; walaupun ada yang jualan tapi lebih baik dipersiapkan – nggak perlu bawa kulkas, rice cooker ataupun TV LED — keberatan, ribet
  • Pakai sepatu tracking yang nyaman; jangan pakai sepatu wegjes atau high heels ya, selain norak ini juga bukan acara kondangan
  • Nggak perlu pakai make up ataupun lipstick yang tebal; disana cuma ada lutung, laba-laba dan burung – mau tebar pesona ke mereka?
  • Nggak perlu bawa / pakai jaket tebal, cukup kaos yang menyerap keringat; panjang boow perjalanan tracking
  • Disarankan melancong ke sini jangan pas musim hujan, berbahaya karena tracking bakalan lebih berat dan cukup licin
  • Jangan nyampah yak… kasihan anak alay ntar gue semprot kalau klean nyampah!!
  • Nggak perlu update status di air terjun, yang ada kepleset ntar. Lagian sinyal henpon hilang dengan sukses disana
  • Buat klean yang berbadan subur, gue sarankan segera DIET! Dengan kesuburan tubuh klean, jangan terlalu berharap banyak bisa nge-hit destinasi yang ajiib karena alasan capek atau berat. Salah klean itu, paham! Hahahaha …

 

Advertisement

6 Replies to “CLBK”

  1. Kirain wisata Semarang cuma Lawang Sewu doang. Ternyata ada air terjun juga yang cakep-cakep banget. Jadi kalau mau tenang masuk ke sana memang harus pagi-pagi ya datangnya. Belum ada pengunjung dan bisa menikmati alam dengan leluasa. Jadi itu perginya bareng keluarga temannya, Mas? Atau sendiri?

    Like

    1. Mas Citra Rahman,

      Betul, Mas – kalau mau nyaman menikmati kedua curug ini memang pagi hari; masih sepi.

      Saya kebetulan pergi ke sana sendirian, Mas

      Rencananya mau ke sana lagi, untuk jogging track pagi-pagi. Seru… Hehehehe

      Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: