Pelajaran Dari Kai Api

Segumpal asap hitam tampak mengepul ke atas di kejauhan ujung mata, sementara segerombol orang bergegas menuju ke arahnya. Makin banyak orang yang mempercepat langkahnya bahkan setengah berlari ke arah sana. Beberapa sempat menyenggol bahuku dengan cukup keras. Ada apakah gerangan? Kebakaran kah?

Rasa penasaran akan apa yang terjadi di sana terjawab ketika aku dan dua orang teman perjalananku beringsut dengan cepat pula ke arah kerumunan orang-orang itu. Ternyata ada atraksi solo seseorang yang menggunakan api sebagai media hiburannya. Pantas saja tadi kami lihat segumpal awan hitam.

Seseorang ini terlihat sudah cukup tua, bertubuh tidak terlalu tinggi, berkulit hitam dan sesekali matanya tampak melotot. Bukan karena ia marah, tetapi itu sebagai bentuk ekspresinya menghibur penonton. Tampak penonton makin riuh ketika melihat ekspresinya, kadang mereka bertepuk tangan karena atraksi api ini. Memang cukup menarik.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Atraksi kai Arsyad

Kai (kakek) ini bernama Muhammad Arsyad, namun ia lebih tenar dipanggil Kai Api. Ia seringkali tampil di pasar Siring Tendean – Banjarmasin pada hari Minggu pagi. Atraksi apinya di pasar ini menjadi semacam panggung hiburan bagi pengunjung Siring dan pasar terapung yang ada di sana.

Kai Api mempertontonkan gagang besi yang diujungnya terdapat api berkobar dan sengaja memasukkannya ke dalam celana. Penonton dibuatnya menjerit, sementara ia tampak terkekeh senang menampilkan deretan giginya yang tersisa satu dua. Ada juga atraksi seolah-olah ia kentut, tetapi yang keluar adalah api berkobar besar. Kocak sekali.

Ia juga menampilkan atraksi lainnya seperti menusukkan sebilah Mandau ke hidungnya. Ngeri-ngeri sedap. Tak kelihatan ada rasa kesakitan sedikitpun di wajah sumringahnya.

Ia terlihat tak mempan api dan benda tajam.

Beberapa pengunjung memohon ke Kai Api untuk berswa foto dengannya, dan Kai tampak sangat antusias menyambut ajakan tersebut. Ia sungguh ramah dan gemar berfoto.

“Alhamdulillah, mudah-mudahan kita semua diberikan kesehatan dan selamat dunia akhirat,” pungkasnya sembari membungkuk memberi hormat kepada penonton atraksinya. Pertunjukannya kali ini telah paripurna. Peluh tampak membasahi tubuhnya.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Hati-hati terbakar, kai 🙂

Matahari bergeser agak ke atas ketika kai sedang membereskan perkakas hiburannya. Aku dan kedua temanku sempat berbincang dengannya. Rasa penasaranku timbul ketika melihat kalung yang dipakai Kai Api.

Kalung yang terdapat deretan botol-botol kecil berisi cairan kekuningan dan manik-manik kecil itu mungkin ajian si Kai, pikirku dalam hati. Dengan agak sungkan – namun penasaran – aku bertanya kepada Kai Api tentang kalungnya itu.

“Kalung ini selalu saya pakai ketika akan show. Isinya adalah minyak ramuan dan juga mantra supaya saya kebal api. Yang ini minyak “Rindu Menangis”, ini “Kijang Putih”, yang ini “Hanuman”, dan ini “Arjuna”. Semua ada artinya”, papar Kai Api.

Hanya saja ia tak mau membeberkan artinya lebih lanjut. Akupun juga tak mau memaksanya, toh jawaban yang singkat itu sudah sedikit membunuh rasa penasaranku. Menurutnya ia selalu memanjatkan doa dan mantra sesaat sebelum ia memulai atraksi hiburan.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Kalung minyak ramuan

Kai Arsyad menceritakan perantauannya ke Palangkaraya dimana ia bertemu dengan suku Dayak yang tinggal di daerah pegunungan. Ia kemudian berkawan baik dan kemudian belajar ilmu kebal kepada mereka.

O ya, kai Arsyad ini ternyata mantan atlit lari jarak menengah lho. Ia pernah mengharumkan nama propinsi Kalimantan Selatan dan juga Indonesia di ajang lari internasional. Hebat! Pantas saja tubuhnya masih terlihat kekar dan sehat, walaupun usianya menginjak 78 tahun menurut penuturannya.

Kai Arsyad sangat bersyukur masih diberikan kesehatan oleh Gusti Allah. Tujuan hidupnya hanya satu saat ini, yaitu menghibur dan membuat orang lain senang.

“Hidup itu harus selalu berpikiran positif dan ikhlas. Berusaha untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Itu yang menjadikan Kai masih segar, kuat dan sehat sampai sekarang”. Iapun bergegas menuju sepedanya, setelah mengikat perkakas atraksi yang ia tempatkan di bagian belakang.

Dengan melambaikan tangan dan senyum membuncah ia mengayuh sepedanya. Ia meniti jalan pulang ke rumah untuk segera menghitung uang saweran yang terkumpul hari itu di bakul tempat nasi.

Sehat terus ya, Kai

This slideshow requires JavaScript.

Advertisement

One Reply to “Pelajaran Dari Kai Api”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: