Makanan apa yang terbayangkan di benak anda ketika berada di kota Wonosobo yang berhawa dingin? Apakah itu semangkuk mie yang panas? Jika ya, aku menganjurkan para penelusur kuliner untuk mencoba sajian Mie Ongklok yang hangat dengan kuah yang lezat dan menggugah selera. Sajian mie kuning yang lembut diracik dalam mangkuk dengan tambahan potongan kol dan daun kucai, selanjutnya diguyur dengan Loh pada bagian atasnya. Loh adalah kuah kental yang terbuat dari campuran tepung kanji, gula merah dan udang kering. Olahan Mie Ongklok disempurnakan dengan bumbu kacang serta taburan bawang goreng sebagai pemanis masakan.
Proses pembuatan Mie Ongklok ini sangat sederhana. Mie dan sayuran dimasukkan dalam wadah kecil terbuat dari bambu yang namanya ongklok. Dicelupkan ke dalam air mendidih beberapa kali dan selanjutnya dituang ke dalam mangkuk. Jika suka dengan rasa pedas, bisa ditambahkan cabe rawit yang sudah dihaluskan. Teknik pembuatan Mie Ongklok ini mirip dengan cara pembuatan Mie Kopyok di kota Semarang dan Lomie di kota Bandung.

Menikmati Mie Ongklok ternyata mempunyai cara tersendiri. Sebaiknya mie jangan diaduk atau dicampur karena akan mengurangi kenikmatan rasa kuahnya. Makanlah dengan perlahan dan rasakan sensasi dari rasa manis, asin serta gurih yang bercampur menjadi satu di lidah. Hmmm… endesss!
Menyantap Mie Ongklok tak lengkap jika tanpa sate sapi, tempe kemul (tempe mendoan khas Wonosobo) dan geblek (makanan ringan terbuat dari singkong). Tiga trisula maut sebagai pelengkap menikmati sajian Mie Ongklok. Jangan takut bangkrut karena harga semangkuk kuliner ini hanya Rp8000, sementara sate sapi 10 tusuk dibanrol Rp20.000. Murah kan?
Artikel ini dimuat di majalah LINKERS (in-flight magazine CITILINK) edisi Maret 2018 hal. 76.
kmrn habis makan mie aceh malah
LikeLike