Begitu kuah menyentuh ujung lidah, rasa pedasnya menjalar dengan seketika memenuhi rongga mulut yang berasa seperti terbakar. Benar-benar hard core.
Wonosobo tidak hanya berbicara perihal bentang panorama yang memukau mata, tetapi juga wisata kuliner yang memanjakan lidah penikmatnya. Selain Mie Ongklok sebagai makanan khas kota berhawa dingin ini, masih ada kuliner yang tak kalah lezat yaitu olahan gulai Entok Gobyos. Jika kalian berkesempatan mengunjungi Wonosobo, jangan lupa singgah dan mencicipi kuliner dengan sensasi rasa super pedas ini.
“Bahan dasar masakannya adalah entok (itik manila), diracik dengan bumbu rempah komplit yang kemudian ditambahkan santan. Memasaknya dengan menggunakan kayu bakar dan dibutuhkan waktu yang cukup lama. Inilah yang menjadikan daging entok menjadi lembut dan menjadikan bumbu racikannya meresap ke serat daging hingga ke tulangnya akan terasa gurih,” Pak Eko Pujianto, sang empunya warung makan menjelaskan kepadaku.
Masakan gulai atau opor entok sendiri adalah masakan khas Wonosobo, dimana pada setiap hari raya Iedul Fitri santapan ini menjadi menu wajib bagi masyarakat di sini. Awal mulanya Pak Eko melihat bahwa olahan gulai entok di daerahnya cenderung seperti masakan opor biasa. Ia dan istrinya mencoba-coba resep baru, hingga akhirnya mendapatkan olahan masakan yang berbeda. Entok bercita rasa super pedas hanya dapat kalian temukan di warung makan ini.

“Entok setelah dibersihkan bulunya kita brubusi (rebus) selama kurang lebih 45 menit, hingga keluar minyaknya yang kita buang karena tidak terpakai. Tahap kedua adalah dilakukan perebusan lagi dan setelah itu bumbu rempah komplit dimasukkan,” Pak Eko melanjutkan pembicaraannya.
Terakhir sebelum masakan diangkat baru dimasukkan irisan cabai setan untuk menambahkan sensasi pedas dan juga daun jeruk sebagai penambah aroma kuah gulainya.
Penampilan masakan Entok Gobyos sendiri terbilang jauh dari menggugah selera menurutku. Kuahnya terlihat butek menyisakan sedikit minyak yang mengambang diatas santan. Satu-satunya yang membuatnya sedikit menarik adalah irisan cabai merah diatas daging entok. Yang menjadi juara menurutku justru ada pada aroma masakan tersebut. Wangi rempah, pedas dan harumnya daun jeruk sontak menguar ketika ujung hidungku berjarak 3 cm dari loyang beling tempat sajian makanan ini. Sangat menggugah selera.

Aku yang kurang suka masakan pedas mencoba mencicipi sedikit kuah dari masakan ini. Sompret!! Begitu kuah menyentuh ujung lidah, ternyata berasa pedasnya cetar membahana. Urat syaraf di kepala tiba-tiba tertarik seperti terkena aliran listrik. Rongga mulut berasa terbakar. Bersegera aku mengurungkan niat untuk melanjutkan mencicipi masakan “hard core” ini. Beberapa teguk es jeruk mencoba mengusir rasa pedas di rongga mulut dan lidahku. Lambaikan tangan ke kamera tanda menyerah. Enough is enough!
“Entok jika diolah sebagai masakan akan mengeluarkan minyak. Memang ini akan menambahkan rasa gurih pada masakan, tetapi efeknya kolesterol akan meningkat. Makanya kami melakukan proses perebusan daging entok hingga 2 tahap, dengan tujuan minyaknya akan jauh berkurang. Masih ada sedikit sih, tapi kami jamin masakan kami aman untuk dikonsumsi,” lanjut Pak Eko menjelaskan.
Ia menambahkan ketika awal-awal melakukan eksperimen masakan ini, tingkat kolesterol didalam darahnya meningkat hingga ambang batas.
“Syukurlah saya nggak kenapa-kenapa, mas. Masih waras sampai sekarang.” Pak Eko menimpali sambil tertawa renyah.

Mengenai nama warung makan Pak Eko yang bernama “Enthog Gobyos” memang ada ceritanya. Ia menjelaskan bahwa ketika pelanggan menikmati masakan entok yang super pedas ini mereka akan gembrobyos (bahasa Jawa, berkeringat) saking pedasnya, padahal disini berhawa dingin lho. Cucok meong! Teman-teman saya semuanya terlihat gembroyos dengan mulut monyong disertai paduan suara jamaah “hu-hah” terdengar saling bersautan.
Harga masakan ini tidaklah terlalu mahal. Kalian dapat menikmati seporsi masakan ini dengan menebus mahar Rp25.000 saja. Tersedia juga aneka masakan lainnya bagi kalian yang kurang suka masakan pedas.
Berani mencoba tantangan makan bersensasi super pedas?
“Enthog Gobyos”
RM. Harmoni
Jl. Raya Wonosobo – Kertek KM 5.5
Siyono, Kertek, Wonosobo
Duh..om..lg puasa om..
LikeLike
Hehehe… Maaf, mas. Menikmatinya nunggu bedug maghrib saja
LikeLike
Berani coba? Yaa berani dong..secara aku ini mafia cabe mas hahaa. Apalagi potongan cabe rawitnya dimasukin pas terakhir, emmhh..aroma cabenya seger banget nusuk hidung ampe bersin. Bahaya kalo sampe ketagihan,, mengingat lumayan berkolesterol. Tapi sekali-kali sih ora popohh. Asem…jadi penasaran!! Di Bali nggak ada beginian mas. Disini entok paling diolah jadi betutu..membosankan
LikeLiked by 1 person
Asyeeem… Mafia cabe hahaha
Terbayang kan mbak aromanya; nyegrak! Aman kok, mbak. Kolesterol cuma ada di laboratorium hahaha
LikeLike
Yuukkk…mareee… tinggal nunggu divonis ajaah
LikeLiked by 1 person
Kalo makan pedasnya sih berani mas.. tapi kalo makan entoknya…. kira2 lebih amis entok ato bebek mas.. ?
LikeLiked by 1 person
Sama-sama amis sih, mas. Tapi ini yang masak jago menurut saya sih, bau amis entok-nya tak berasa sama sekali. Aman
LikeLike
Saya asli Wonosobo tapi malah belum pernah makan Entog Gobyos ini, cuma kadnag pas pulang kampung lewat depan restonya aja aha.
LikeLiked by 1 person
Restonya arah mau ke Dieng kalau dari Wonosobo, Mbak.
Mbak aslinya dari Wonosobo kota kah?
LikeLike
Ya Allah ini asli bikin ngileeer… aku suka enthog hahahaa..
LikeLiked by 1 person
Waaah, mbak. Mesti coba makanan ini kalau begitu kalau pas ke Wonosobo.
Hati-hati sakit perut, Mbak. Buat saya pedasnya gendeng hahahaha
LikeLike
Waah makin penasaran.. belum pernah juga ke Wonosobo.
LikeLike
Waah… Selain berhawa dingin Wonosobo banyak tempat wisata menarik plus kuliner yang oke, Mbak.
Event paling dekat dan bagus Dieng Culture Festival, diselenggarakan tiap awal bulan Agustus.
Monggo dolan ke Dieng / Wonosobo, Mbak
LikeLike
waaah asik banget kayaknya tuh..
LikeLike
Menyenangkan, Mbak. Selain itu ramah tamah penduduknya
LikeLike