Seringkali dalam perjalanan kita menemukan banyak hal yang baru, dan salah satu dari sekian banyak pengalaman itu dapat menjadi suatu penanda ataupun pengingat akan kenangan yang tak bisa dilupakan. Tak terkecuali pula dalam hal makanan khas suatu daerah.
Nah, jika kamu berkunjung ke candi Borobudur, jangan lupakan sajian kuliner khas yang satu ini ya! Masakan ini hanya dapat kamu temui di tepian kali Progo. Santapan Mangut Iwak Beong yang super pedas bakalan membuatmu meracau.
Ikan Beong (Mystus nemurus) merupakan ikan air tawar yang berhabitat di kali Progo, sekilas mirip ikan lele hanya saja uniknya mempunyai ekor seperti ikan bandeng. Mungkin karena arus kali Progo yang cukup deras menyebabkan ikan ini berevolusi menyesuaikan habitatnya. Ikan air tawar ini merupakan penghuni sungai-sungai besar, bersifat predator oportunistik dan memangsa ikan-ikan yang berukuran lebih kecil dan berbagai jenis invertebrata air sebagai makanannya. Secara umum, ikan Beong dapat dikatakan sebagai ikan yang hidup di perairan umum seperti sungai, rawa, situ, danau dan juga waduk.

“Olahan Mangut Iwak Beong ini kami masak hingga matang benar. Bumbu rempah dan sensasi rasa pedasnya kami pastikan meresap hingga daging ikan bagian terdalam. Jangan lupa merasakan sensasi rasa kuahnya. Ditanggung pecah di lidah,” jelas Pak Rohadi yang mengelola restoran keluarga ini kepadaku.
Baca juga: Ada Sup Jejak Kolonial Belanda di Magelang
Benar juga. Tampilan Mangut Iwak Beong ini begitu menggoda dengan irisan cabai rawit merah diatasnya. Ketika aku menyantap santapan ini, lidah seperti dihantam rasa pedas yang meledak. Rasa kuahnya pun tak kalah pedas. Memang pas dinikmati dikala hari siang dengan nasi panas mengepul. Kalian die-hard masakan pedas? Harus cobain masakan ini! Aku, cukup melambaikan tangan ke kamera tanda menyerah. Bagi yang tak suka pedas, dapat memesan Mangut Iwak Beong santan gurih. Sajian mangut akan terasa makin mantap dengan tambahan sayur Terancam (semacam urap) yang terbuat dari cacahan daun kol dan timun bercampur parutan kelapa. Sayur ini dapat menjadi penetral lidah yang kepedasan.

Bintang utama dari olahan mangut ini adalah “Ndas Beong” atau kepala ikannya. Tetap dengan rasa super pedasnya, otak ikan Beong ternyata mengeluarkan minyak yang diyakini para ahli adalah zat Omega 3. Daging ikan Beong ini cukup tebal, empuk dan gurih. Ada sugesti yang dipercaya sebagian pengunjung warung makan Sehati ketika memakan kepala ikan Beong, di tempat kerjanya niscaya akan menjadi pimpinan.
“Setiap hari kami menghabiskan hingga 80 Kg ikan Beong dan 10 Kg cabai rawit merah (biasa disebut cabai rawit setan). Bumbu mangutnya sendiri adalah perpaduan racikan bawang merah, bawang putih, kunyit, ketumbar dan lengkuas. Pada akhir pekan atau hari libur, kami biasanya memasak lebih banyak dari biasanya,” lanjut Pak Rohadi.
Baca juga: Mau Ngopi Kelas Dunia di Magelang? Mampir Yuuk!
Dengan semakin meningkatnya konsumsi ikan Beong, maka terjadilah penurunan populasi ikan ini. Hal tersebut tentu saja menyisakan persoalan. Karena adanya permintaan yang begitu tinggi, sejumlah rumah makan penyaji kuliner khas Magelang ini mengeluhkan kesulitan dalam pasokan ikan Beong. Padahal masakan Mangut Iwak Beong harus tetap menjadi ikon kuliner khas daerah ini, karena tidak akan ditemui di daerah lainnya.

Pemerintah daerah dalam hal ini Departemen Peternakan telah melakukan berbagai upaya penangkaran dan budi daya telur untuk melestarikan kelangsungan hidup ikan Beong. Budi daya ini dilakukan agar telur-telur yang dihasilkan dari induk betina ikan Beong aman dari ancaman predator. Dari informasi yang didapatkan, induk betina ikan Beong dapat menghasilkan 15.000 telur sekali melahirkan. Jika tetap hidup di alam, diperkirakan hanya 1% telur saja yang kemungkinan bertahan hidup hingga besar. Tetapi dengan upaya budi daya telur ini diharapkan persentase keberhasilan penetasan telur menjadi anakan ikan Beong akan meningkat, sebelum dilepas kembali ke habitatnya di kali Progo. Kita harapkan berhasil dan lancar ya! Takut nggak bisa makan Mangut Iwak Beong di lain hari nih…
Menikmati sajian super pedas ini pastinya menggugah selera dan patut dicicipi, tentunya bagi kamu penyuka sensasi pedas. Satu porsi Mangut Iwak Beong dihargai Rp35.000 – Rp70.000 tergantung ukurannya. Warung makan ini buka dari pukul 08.00 WIBB hingga 16.00 WIBB.
Belum lengkap rasanya berkunjung ke candi Borobudur, jika kamu tak mencicipi kelezatan Mangut Iwak Beong!
“Mangut Iwak Beong”
Warung Sehati Selera Pedas
Desa Kembanglimus, Kec. Borobudur
Borobudur, Magelang – Jawa Tengah

Keep sharing, stay motivated…
LikeLiked by 1 person
Thank you
LikeLike
Wahh beruntung kali baca artikel mas ini.. insha allah bulan 11 nanti mau ke jogja.. bakalan nyoba mangut iwak beo ini aku.. penasaran seberapa jahannam pedasnya.. hheheh
LikeLiked by 1 person
Naah tandai lokasinya di GPS, mas. Sebelum makanan ini menjadi langka dan mahal karena keterbatasan bahan bakunya… Hahahaha.
Salam.
LikeLike
O,ya … buat siapapun yang makan ndas beong bakalan jadi pemimpin ?.
Waah, menarik itu 😁 …
Tau gitu, dulu aku mesennya bagian kepala ikan bukan ekornya hehehe.
LikeLiked by 1 person
Menurut yang dipercaya sih begitu, mas. Ndak tahu benar atau nggak 🙂
Lha saya juga pesan buntut waktu itu, lha wong ndas beong-nya tinggal yang pedas. Nyerah kalau pedas, mas hahaha
LikeLike
Hahahaha 😅 …, kok sama kita ya ?.
Kepedesan makan masakan beong.
Mitosnya itu boleh juga dicoba suatu saat nanti, siapa tau benar terwujudkan ☺
LikeLiked by 1 person
Benar, mas. Harus dicoba nanti.
Saya juga tunggu waktu mampir ke warung Sehati lagi, khusus berburu nad Beong… tapi yang nggak pedas hahahaha
Salam
LikeLike
Kalau di semarang ada mangut kepala manyun mas. Enak dan pedasnya sangat terasa. Sepertinya kamu mesti cicipi kalau pas ke semarang 😀
LikeLiked by 1 person
Iya, mas. Mangut Ndas Manyun cukup terkenal di Semarang ya. Belum pernah coba sih.
Aku lebih suka mangut iwak tongkol bikinan ibuku sendiri, mas. Bisa rekues tingkat kepedasannya. Kalau saya lebih senang nek nggak pedas… Hahahaha
Salam
LikeLike
sekilas kaya lele memang ya, tapi ekornya kok beda. ternyata memang gitu spesiesnya. akupun doyan pedes tapi nek mpe jahanam ga sanggup juga sih
LikeLiked by 1 person
Mesti dicoba mencicipi memang. Untuk membuktikan “jahanam” atau ndak pedasnya… Hehehe.
Buat saya sih itu sudah minta ampun pedasnya.
Salam.
LikeLike
Aku masih penasaran nih sama level kepedasan mangut beong ini. Kalo pas pulang kampung, mau mampir ga jadi-jadi
LikeLiked by 1 person
Monggo silahkan mampir dan nyobain, mbak. Daripada penasaran lho 🙂
Salam
LikeLike
Aku kalau udah mangut selalu doyan sih ini hahahaha
kayaknya sudah pernah nyobain juga pas perjalanan Semarang Jogja ..
LikeLiked by 1 person
Asyik rasanya ya, mbak? Hehehe…
Suka masakan pedas ya, mbak? Kalau saya sudah nyerah deh sama yang pedas-pedas 🙂
Salam
LikeLike
Tadinya aku kira itu ikan lele.. Hehe ternyata bukan..
Kalo ga suka kepala ikan dan ga makan kepalanya ga bisa jadi pimpinan dong? Hehe
Btw, mangut itu apa yaa??
LikeLiked by 1 person
Mangut itu olahan masakan yang berbahan dasar bawang merah, bawang putih, cabai merah besar, cabai rawit hijau rebus, kemiri, kencur, kunyit, lengkuas, daun salam, daun jeruk, garam, tomat merah dan santan kelapa.
Biasanya cenderung pedas dan segar karena menggunakan bumbu dasar dan rempah. Mbak mesti coba deh biar tahu rasanya masakan ini 🙂
Salam.
LikeLike
Iya, mas. Mangut iwak beong hanya ada di Magelang; dan mungkin suatu saat makanan ini akan hilang jika populasi iwak beong tak dikontrol karena dikonsumsi terus menerus.
Semoga program budi daya iwak beong berhasil, dan kita masih enak menikmati gurihnya mangut iwak beong hehehe…
Iya, mangu memang banyak di Semarang. Namun paling suka saya mangut iwak tongkol – yang iwak pe atau belut malah belum pernah coba.
Matur nuwun. Salam
LikeLike
ya ampun ngiler banget Kakak. mau dong iwak beongnya. Penasaran rasa jahanamnya
LikeLiked by 1 person
Monggo silahkan melipir ke Borobudur, mbak. Ndak jauh kok dari kompleks candi.
Kalau mbak die-hard masakan pedas harus mencoba cicipin 🙂
Salam.
LikeLike
Baru baca tulisan & liat fotonya aja bikin ngiler. Tapi kalo aku yang kesitu, pasti pesen yang nggak pedes 😁
Kayanya nggak bakat jadi pemimpin ya, soalnya nggak suka makan kepala ikan
😦
LikeLiked by 1 person
Hahaha… toss kita, mbak. Sesama penggemar masakan tak pedas.
Saya sih penasaran ndas beong yang nircabai, mbak. Biar jadi pemimpin 😀
Salam.
LikeLike
Waah sayang ya, mbak. Padahal enak lho olahan mangut 🙂
Salam
LikeLike