“A walk in nature, walks the soul back home – Mary Davis”
“Pak, kalau suka naik gunung coba deh main ke Silancur. Tempatnya keren!”
Begitu bunyi pesan singkat dari Rendi, seorang staff dikantor, yang masuk ke gawai pintarku. Mesin pencari pintar menjadi tempat referensi bertanya tentang tempat yang dimaksud. Dari informasi yang aku dapatkan, secara letak geografis Silancur terletak di Dusun Dadapan, Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Berjarak kurang lebih 16 Km dari kota Magelang menuju arah barat dengan jalur yang menanjak. Perjalanan kali ini bakalan seru dan menantang, begitu pikirku.
Setelah menyetel peta penunjuk arah digital lewat aplikasi di gawai pintar, dengan bergegas motor yang telah lama nongkrong di garasi aku keluarkan. Motor bebek ber-cc 125 itu mulai menapak jalan beraspal. Sejenak mengisi tangki bahan bakar di pompa bensin dan selanjutnya geber gas melindas jalan menanjak. Jika kalian hendak main ke Silancur pastikan kendaraan bermotor kalian dalam kondisi prima ya, daripada mogok tengah jalan kan berabe kalau mesti dorong hihihi.
Mari kita piknik!

Kurang lebih 30 menit waktu yang dibutuhkan hingga sampai di Silancur dengan kecepatan sedang. Walaupun jalanan menanjak, namun cukup nyaman dan tidak terlalu ramai untuk dilalui. Hanya saat bertemu dengan perempatan atau pasar yang mengharuskan kamu untuk sedikit memperlahan laju motormu. Perjalanan akan terasa menyenangkan karena kalian dapat menjumpai hamparan sawah dan lansekap yang bakal menyejukkan mata.
Baca juga: Mencumbu Setumbu
Punthuk Silancur juga dikenal dengan nama Gardu Pandang Silancur, namun sehubungan dengan nge-hits-nya tempat ini di dunia maya, Silancur Highland menjadi lebih terdengar Instagramable. Asal usul nama Punthuk Silancur diambil dari bahasa Jawa punthukan lemah atau gundukan tanah yang menumpuk tinggi (biasanya disebut bukit). Sementara Silancur sendiri dari asal kata sak lencer yang artinya sehelai atau sebatang. Menurut cerita yang dipercaya turun temurun, dahulu di atas bukit itu tumbuh sebatang pohon cemara yang berumur sangat tua. Dari pengucapan sak lencer oleh masyarakat di sekitar bukit itulah terjadi pergeseran kata sehingga menjadi Silancur. Hmm unik ya!

Setelah membayar harga tiket masuk Punthuk Silancur bertarif Rp10.000, kamu akan menaiki beberapa anak tangga dari tanah untuk menemukan gardu pandang dengan tinggi sekitar 10 meter. Gardu pandang ini dibangun atas ide Pak Sudjarwo dan anaknya. Mereka mendapatkan ide untuk membangunnya setelah melihat banyak gardu pandang lainnya yang lebih dulu nge-trend di Magelang. Tempat yang sebelumnya digunakan sekedar untuk menanam sayuran inipun diubah fungsi menjadi tempat wisata oleh bapak dan anak itu.
Baca juga: Sinjang Indigo
Dari atas gardu pandang, manjakanlah pandangan matamu dengan luasan panorama alam yang tersajikan. Jika cuaca cerah, di sebelah timur kamu dapat melihat dua gunung besar, Candrageni dan Candramuka atau yang lebih dikenal sebagai Merapi dan Merbabu. Gunung Andong dan gunung Telomoyo berderet menyertai kedua gunung raksasa itu. Gunung Ungaran di kejauhanpun akan terlihat di arah timur laut. Sementara di sisi tenggara akan terlihat gunung Sumbing yang berdiri dengan pongahnya. Dengan ketinggian sekitar 1300 mdpl, tempat ini jelas berhawa sejuk dan nyaman.

Aku sangat beruntung mendatangi tempat ini saat cuaca cerah. Langit berwarna biru terpampang cerah dengan hiasan awan Cumulus tampak menggelayut di beberapa titik. Hijaunya pepohonan, warna-warni cerah bunga-bunga yang mekar, kesejukan udara serta hembusan angin sepoi-sepoi kesemuanya terasa mendamaikan. Menyegarkan jiwa dan juga raga. Terbaik wis!
Kamera yang tergantung di pundak segera menghamburkan shutter counts, merekam jejak dan menyimpan semua keindahan lansekap ke dalam kartu memori. Sayangnya aku lupa membawa buku untuk dibaca, padahal dengan tempat yang nyaman di kaki gunung seperti ini asyik banget bisa menyendiri dengan membaca buku atau novel. Jika kamu mau mencari inspirasi ataupun ingin bekerja di alam terbuka, kamu boleh datang ke sini dengan membawa notebook. Tak perlu kuatir bakal kehabisan daya untuk perlengkapan elektronikmu, karena di beberapa titik telah disediakan colokan listrik oleh pengelola tempat wisata ini. Asyik kan!

Daya tangkap telepon seluler di tempat ini byaar-pet untuk semua operator telepon. Jika mendapat sinyal itupun cuma 1 atau 2 bar. But, who cares! Kalian di sini untuk bersenang-senang dan menikmati keindahan alamnya bukan? Posting di media sosial mah bisa menyusul belakangan hehehe…
Baca juga: Kupat Tahu “Pojok” Magelang
Waktu yang tepat untuk datang ke Punthuk Silancur adalah pagi hari dimana kamu dapat menyaksikan fajar menyingsing di batas timur. Namun kala matahari lingsir di ufuk baratpun tak kalah menarik untuk dapat kamu nikmati di sini. Saat malam jika kamu ingin melihat kota Magelang dari ketinggian dengan pemandangan lampu-lampu kota yang menyala indah, tempat yang buka 24 jam ini juga tidak akan mengusirmu kok. Nggak usah takut kemalaman, pihak pengelola Punthuk Silancur menyediakan camping ground jika kamu memang berniat untuk menginap. Jangan lupa bawa tenda ya! Kalian akan dipungut biaya Rp15.000 jika membuka tenda.

Kehabisan logistik? Don’t worry lah! Tersedia warung kecil yang buka 24 jam akan dengan senang hati menyediakan keperluan makan dan minum kalian saat berkemah. Tentu akan nikmat sekali memandang malam bertabur bintang ditemani secangkir kopi dan mi instan rebus. Paginya menikmati matahari terbit yang kamu buat menjadi timelapse di gawaimu. Nikmat mana yang kau dustakan, Ferguso?
Baca juga: Perempuan Yang Dimuliakan Dalam Sebuah Tarian
Magelang memang daerah yang beruntung dengan segala kekayaan wisata budaya, alam dan kulinernya. Punthuk Silancur menjadi salah satu wisata alam andalan Kota Sejuta Bunga ini. Sebagai “new kid on the block” dalam dunia pariwisata di Magelang, pihak pengelola Punthuk Silancur patut diacungi jempol. Mereka tak lupa menyediakan kamar mandi dan tempat sampah yang memadai. Kebersihan, keindahan dan keasrian alamnya menjadi nilai tambah. Untuk masalah kebersihan, aku sih cuma titip pesan kepada para pengunjung untuk disiplin membuang mantan sampah pada tempatnya. Dengan segala kelebihannya, Punthuk Silancur patut menjadi tempat untuk melepas penat dari kesibukan dan rutinitas pekerjaan yang membosankan.
Recommended lah.
Magelang, Desember 2018.
Pas buat pacaran ini….bunganya warna warni macam bunga syurga.
Edisi menjomblo ya…kok si “mata sipit berambut sebahu” tak kelihatan batang hidungnya?
LikeLiked by 1 person
Hahaha… Silahkan kalau mau bawa pacarnya ke sana, Oom. Adem tenan wis, asyik 😉
Ada dong, si mata sipit berambut sebahu mana pernah mau aku foto. Ngumpet 😀
LikeLike
Taku gambarnya di bajak sama dirimu……hahaha.
Bisa ini masuk list mampir….
Kamu itu elok tenan ya…….tahu aja wisata yang bahkan aku ga pernah denger….parah habis.
LikeLiked by 1 person
Hahahaha… Beginner’s traveler luck, oom. Masak iyaa setahun di Magelang nggak menjelajah sih, rugi atuh 😂
LikeLike
sianjir, sumbing bisa keliatan sampai sebagus itu buset :’
LikeLiked by 1 person
Monggo, melipir ke sini mas. Ngesot juga bisa kok nek dari Jogja hehehe…
LikeLike
gaskeeeeun, trabas korona
LikeLiked by 1 person
Gas pol. rem pol 😀
LikeLike
Baru tahu ada bukit begini di Magelang. Sepertinya penduduk setempat kian menyadari potensi wisata alam di desanya. Apalagi kalau pemandangannya gunung besar macam Sumbing gini saya suka 🙂
LikeLiked by 1 person
Benar, Oom. Pemda dan masyarakat setempat saat sekarang ini sedang menggalakkan potensi lokal daerahnya, selain Balkondes yang menjamur modelan punthuk semacam ini juga makin banyak.
Senang sih melihatnya, mereka jadi giat untuk berkreatifitas walaupun ada banyak hal yang mesti dapat bimbingan Dispar.
LikeLiked by 1 person
Sip, memang sudah seharusnya tetap ada pendampingan dari dinas terkait.
LikeLiked by 1 person
Iya, mas. Semoga dinas terkait juga bijaksana bisa bekerja sama dengan penduduk setempat – tidak “gebyah uyah” mengekploitasi alamnya.
LikeLiked by 1 person