Kupat Tahu “POJOK” Magelang

Sebuah kenangan yang membekas dapat berupa apapun. Dengan seseorang, suasana, tempat yang indah, romantisme maupun nostalgia dalam sajian makanan tradisional.

Warung sederhana berwarna hijau itu kelihatan tak ramai saat kami memasukinya. Ada 2 orang pengunjung terlihat menikmati sepiring makanan di bangku kayu yang mengelilingi meja makan panjang. Kebetulan malam itu aku datang bersama rombongan sehingga membuat warung riuh ramai. Ibu Sri Kuntariati pemilik warung menyambut rombongan kami dengan wajahnya yang sumringah dan segera mencatat pesanan kami satu demi satu. Ia segera meneruskan kertas berisi catatan pesanan makanan kepada pegawainya yang dengan sigap segera menyiapkan pesanan.

Wangi harum kacang tanah dan tahu yang digoreng sukses membuat perutku makin lapar. Tak lupa menanyakan apakah masih tersedia bakwan karena hari sudah malam, dan rupanya keberuntungan masih menaungiku. Bakwan sebagai campuran sajian kupat tahu itu ternyata masih ada. Kali ini aku sengaja melihat cara penyajian kupat tahu di warung “Pojok”, untuk membunuh rasa penasaran mengapa rasanya begitu nikmat dan berbeda dengan warung kupat tahu lainnya. Padahal makanan satu ini termasuk jamak dapat kita temukan pada setiap sudut kota Magelang.

Kupat Tahu Pojok
Warung Kupat Tahu “Pojok”

Diatas piring sajian, pegawai warung kupat tahu “Pojok” menggerus bawang putih dan cabai rawit hijau sesuai dengan tingkat kepedasan yang dipesan. Kemudian ia mengiris kupat (ketupat), tahu beserta bakwan. Taoge dan rajangan daun kol yang telah direbus disusun rapi diatasnya beserta cacahan daun seledri. Kacang tanah yang telah diulek bercampur dengan sedikit air beserta kecap diguyurkan menjadi topping semua bahan tersebut. Jangan lupakan taburan bawang goreng sebagai garnish makanan dan sedikit kucuran kecap manis. Semuanya terlihat tak ada bedanya dengan racikan warung kupat tahu lainnya.

Namun rasa penasaranku terjawab ketika menikmati kupat tahu “Pojok” ini. Bumbu kacangnya terasa sedap ketika sendokan pertama menyentuh indra perasa di lidahku. Begitu lezat dan gurih. Tekstur tahunya yang lembut bercampur segarnya taoge dan cacahan daun kol ditambah manisnya bumbu kecap serta tingkat kepedasan yang pas menjadikan sajian ini utuh sempurna di dinding mulut. Tak bikin eneg. Pas!

Mesin Waktu Kupat Tahu

Kupat tahu “Pojok” adalah kupat tahu pertama di Magelang, kota yang telah berusia 1.112 tahun. Lokasinya sekitar 40 meter dari alun-alun kota Magelang, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar kios 14. Warung ini terlihat bersih karena Ibu Kuntari dan pegawainya selalu cepat membersihkan setiap kali pengunjung selesai makan.

Penyajian Kupat Tahu
Lontong dan bakwan dipotong, ditata di atas piring sajian

Pengalaman selama 76 tahun hingga saat ini berjualan kupat tahu dan keseriusan melayani pelanggannya memang tak bisa dipungkiri. Demikian juga menjaga cita rasa dan kualitas serta meneruskan tradisi kuliner tradisional tentunya bukan hal yang mudah ditengah gempuran gerai makanan modern yang terlihat makin menjamur di pelosok kota.

“Bapak saya mulai berjualan sejak tahun 1942 di pojokan sebelah selatan alun-alun kota Magelang dengan masih menggunakan pikulan kayu. Tahun 1950 akhirnya pindah dan menetap di warung ini. Saya sendiri adalah generasi kedua yang meneruskan usaha kupat tahu ini,” ibu Sri menjelaskan dalam perbincangannya.

“Ibu Sri, apa yang menjadikan kupat tahu “Pojok” menjadi lebih istimewa dibandingkan warung lainnya?” tanyaku penasaran.

“Salah satunya adalah disini kita menggunakan anglo dan arang sebagai media untuk menggoreng tahu, merebus taoge dan daun kol hingga memasak air minum. Cara memasak dengan arang inilah yang membuat kupat tahu “Pojok” mempunyai cita rasa tersendiri, berbeda dengan saat kita menggunakan kompor gas,” tutur Ibu Sri lebih lanjut.

Sayuran
Cacahan daun kol dan taoge yang telah direbus

Untuk menjaga mutu dan cita rasa kupat tahu, ibu Sri juga menjelaskan bahwa tahu yang dipakai juga dibuat khusus untuk warung “Pojok” oleh pengrajin tahu langganan mereka. Tahu ini tidak dijual di pasar maupun gerai retail. Teksturnya lembut, gurih dan tidak berasa asam. Begitu pula dengan kecap manis racikan sendiri yang dibuat setiap 3 hari sekali. Tak ketinggalan bakwan yang dibuat dari campuran kuning telur bebek menjadikannya gurih. Ini yang membuat sajian tahu kupat “Pojok” terasa berbeda, selain ada bumbu rahasia yang tak boleh diungkap.

Sebagai pelengkap menikmati sajian kupat tahu, tersedia berbagai macam gorengan dan sate udang goreng yang dapat kamu nikmati. Bikin tambah nyamleng! Untuk menikmati kupat tahu yang rasanya lezat ini kamu cukup menebus mahar Rp13.000. Cukup murah bukan? O ya, warung ini buka mulai pukul 9 pagi hingga 20.30.

Nostalgia Kupat Tahu

Warung “Pojok” memang sederhana, namun kisah dibaliknya menjadikan warung kupat tahu ini menjadi sebuah cerita nostalgia bagi beberapa orang pesohor. Tak sedikit petinggi negara dan artis-artis legendaris negeri ini menjadikan warung “Pojok” sebagai tempat “jujugan” kuliner kupat tahu. Ini jelas terlihat dari deretan foto-foto mereka yang terpajang pada dinding warung. Deretan gambar ini menjadi rekam jejak dan penanda sejarah, ditambah lagi dengan tulisan “Sejak 1942” seakan mentahbiskannya. Bahkan menurut keterangan Ibu Sri, warungnya telah menjadi langganan mantan presiden RI ke-6.

Warung Ibu Sri
Deretan foto pesohor negeri pada dinding warung

Walaupun warung kupat tahu “Pojok”” sudah cukup terkenal dengan pelanggannya yang termasuk kaum jetset, namun ibu Sri tetap rendah hati. Ini terlihat dari warung makannya yang sederhana dengan harga makanan tetap murah. Ia tampak tak terusik oleh siapapun yang pernah singgah di warung kupat tahunya. Apapun pangkat maupun strata sosialnya akan setara ketika memasuki pintu warung tahu kupatnya, dan mereka adalah sama yaitu pelanggannya.

Ibu Sri Kuntariati menutup perbincangannya dengan mengatakan,” Saya akan terus mencoba untuk mempertahankan keaslian rasa dan suasana warung, supaya pelanggan dapat bernostalgia di warung “Pojok”.

Ketika aku mengatakan kepada ibu Sri bahwa aku salah satu pelanggannya sejak kecil, ia terlihat senang dengan mata yang berbinar-binar dan kami bertukar kisah. Tak berubah, ia tetap ramah. Seramah sendokan kupat tahu terakhir yang aku nikmati malam itu.

Matur nuwun, ibu Sri. Kupat tahunya enak!

Kupat Tahu “Pojok”
Jalan Tentara Pelajar, kios nomor 14
Magelang.

*Artikel ini telah ditayangkan di majalah LINKERS (in-flight magazine Citilink)  edisi bulan Maret 2018

Advertisement

12 Replies to “Kupat Tahu “POJOK” Magelang”

  1. Salah satu warung yang selalu ramai pengunjung… sekaligus bikin kecewa calon pengunjung karena sering habis! Duh, cleguk, nampaknya ini pertanda bahwa Jejak Dolan harus ke Magelang dan memesan sepiring kupat tahu tidak pedas.

    Liked by 1 person

  2. Salah satu warung yang selalu ramai pengunjung… sekaligus bikin kecewa calon pengunjung karena sering habis! Duh, cleguk, nampaknya ini pertanda bahwa Jejak Dolan harus ke Magelang dan memesan sepiring kupat tahu tidak pedas.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: