“Some see a weed; others see a wish”

Jari jemari itu sibuk memungut satu demi satu benih tumbuhan dan memasukkannya ke dalam wadah plastik berisi tanah. Dari ujung kiri bagian atas, wadah-wadah plastik kecil itu tersusun berderet, sangat rapi di atas nampan kayu. Ukuran nampan kayu itu tak beraturan, ada yang cukup besar sementara lainnya tampak lebih kecil. 2 orang wanita empunya jari jemari telaten itu, ternyata sedang menyemai benih yang akhirnya aku tahu itu adalah benih buah tomat. Mereka berdua terlihat sangat sabar, 1 lubang terisi 1 benih buah tomat. Lubang tersebut selanjutnya akan ditutup dengan tanah.
Pada sisi yang lainnya, berjarak 2 langkah kaki orang dewasa, satu perempuan tampak melubangi wadah-wadah plastik dengan sebatang kayu. Batang kayu kecil itu berukuran sebatang pensil. Ia membuat sebuah lubang kecil pada salah satu sisi pinggir wadah itu.
“Mengapa tidak di bagian tengah saja, bu?” tanyaku mencari tahu.

Perempuan itu tersenyum dan menjawab, “Sampun biasane kados mekaten, mas.” Sudah biasanya begitu, mas – begitu kira-kira jika aku terjemahkan dalam Bahasa Persatuan kita.
Baca juga: Transformasi Dusun Pentingsari Menjadi Desa Wisata Yang Mendunia
Ternyata jika diurutkan, proses melubangi tanah di wadah plastik ini merupakan urutan pertama sebelum selanjutnya tahap memasukkan benih buah tomat ke dalamnya. Proses selanjutnya adalah meletakkan nampan-nampan kayu yang telah terisi benih itu pada tempat berjejer yang terbuat dari bambu panjang. Beberapa lajur berada di luar terpapar sinar matahari langsung, sebagian berada di dalam bangunan.

Bangunan ini cukup panjang dan lebar, lebih tepatnya mirip kandang sapi. Terbuat dari bambu tanpa sekat dan pintu.
Mas Suseno, pria berumur sekitar 30-an, bergegas menyusun nampan-nampan kayu itu. Ia mengatakan, selanjutnya dibutuhkan waktu 20 – 25 hari untuk benih bertumbuh menjadi tunas. Tugasnya menyiram bakal tanaman-tanaman buah tomat itu 2 x seminggu, tergantung pada kondisi cuaca. Usaha penyediaan bibit buah tomat dan sayur sawi ini adalah miliknya sendiri.
Baca juga: Candi Ijo, Senja Yang Berkelas
“Saya mempunyai usaha ini sebenarnya ingin membantu petani dalam penyediaan bibit, mas. Nggak perlu untung besar, sik penting kerja,” lanjut Mas Suseno sambil menyiram bibit tanaman.

Saat tunas bertumbuh menjadi bakal tanaman, saat itulah petani dapat membelinya. Rp160 / bibit tanaman.
Entah mantra, harapan serta doa-doa apa yang diunggah Mas Suseno beserta para pekerjanya saat menyemai benih-benih itu, namun tak ditemui yang namanya kesulitan dalam masalah penghidupan sehari-hari. Begitu penuturan mereka.
Sesederhana itu. Semesta memang adil.
Kopeng, Salatiga – Maret, 2019
Kopeng 😀😀 yang di sana buat wisata itu bukan kak? banyak jenis sayur dan tanaman lain yang dijual.
LikeLiked by 1 person
Iya, benar. Kopeng memang tempat wisata.
Namun tempat penyemaian ini berada di pinggir jalan utama Salatiga – Magelang. Banyak yang jual sayuran dan tanaman di sepanjang jalan.
LikeLiked by 1 person
waw saya pernah ke kopeng, tapi belum pernah ke tempat penyemaiannya itu… 😀 keren..keren.. konon salatiga memang termasuk kabupaten tercantik di indonesia. 😀
LikeLiked by 1 person
Ya yaa… Salatiga menyimpan banyak hidden gems 🙂
LikeLiked by 1 person
Seru bangeeet. Dulu pas kuliah pernah praktek juga nih bikin kayak gini, dan itu pas tengah hari. ya ampun panasnya berasa inget di neraka. Hebat bener emang ibu2 dan bapak2 ini ya. \:p/
LikeLiked by 1 person
Hahaha… Dengan teknik penyemaian menggunakan sinar matahari sebagai “alat masak” benih ini memang dibutuhkan hari-hari yang terik panas. mas 😀
LikeLike
Aku jadi mikir setelah baca artikel ini…….???¿¿¡¡!!
LikeLiked by 1 person
Mikir apa, Oom? Mau balik kampung terus bercocok tanam juga? 🙂
LikeLike
Nah kui, masih pipty pipty, antara balik kampung atau jadiin ini bisnis pariwisata……..nah lak tenan!
LikeLiked by 1 person
Gas lah… Mulih kampung, kita kerjakan yes 😉
LikeLike
Dadi duit ki mas……sumprit😁
LikeLiked by 1 person
Naaah piye, gas keun kita mudik kampung? 😀
LikeLike
Hahahha…mudik nak wes tuo yae mas…..kui bisa dadi bisnisan, opo jenenge kata kerenmu iku. “Site in”, mas?😁
LikeLiked by 1 person
Live in, Oom 😀
LikeLike