“Hampir setiap hari kita hidup dalam batasan yang dibuat orang lain, nilai kebenaran yang berlaku umum karena dibentuk lingkungan sosial kita. Perjalanan memberikan kita jeda dari itu, sedikit merdeka dari batasan tadi” – Windy Ariestanty
Desiran angin sesekali berhembus cukup kencang, membawa hawa sejuk bercampur dingin menerpa badan. Aku menaikkan krah jaket dan merapatkan kedua tangan di depan dada, sekedar mengusir hawa dingin. Tawaran Mas Pras, pengelola wisata alam Mangli, membuatkan segelas kopi tubruk panas tak ku tampik. Namun tak hanya segelas kopi tubruk panas yang dia suguhkan, setengah piring singkong gorengpun ikut diletakkan di meja kayu di hadapan kami berdua duduk. Kopi yang disajikan adalah produksi kopi lokal hasil sangrai penduduk setempat. Berampas pekat namun juga nikmat, apalagi di tengah hawa yang sejuk cenderung dingin begini.
“Di sekitar sini ada belasan air terjun, mas. Mudah dijangkau dengan berjalan kaki saja, 10 menit juga sampai. Letaknya di sebelah sana,” tutur Mas Pras sambil menunjuk jalan setapak berkelok menyusuri lembah gunung. Aku memicingkan mata melihat jarak sepelemparan batu mengikuti telunjuk Mas Pras tentang jalan setapak yang dimaksud.

Obrolan ringan kami berkisar harapan Mas Pras menggiatkan wisata alam di desa Mangli, bagaimana mengelolanya dan menjadikannya tujuan para pelancong. Aku memandang sekeliling sekedar membenarkan pendapat Mas Pras bahwa Mangli menyimpan banyak potensi alam sebagai kekuatannya. Tepat berada di lereng gunung Sumbing, Mangli yang berada pada ketinggian 1570 mdpl menawarkan pemandangan pegunungan, hutan pinus, air terjun, agrobisnis sayuran dan buah.
Aku bergeser sepelemparan batu jauhnya, meninggalkan Mas Pras yang kembali melanjutkan pekerjaannya. Meniti tangga kayu yang sedikit rapuh di gardu pandang, menikmati kesegaran hawa pegunungan dan memanjakan mata dengan bentang panorama alam yang memesona dari tingkat paling atas. Gunung Sumbing di bagian Barat terlihat sangatlah dekat, seakan dapat kamu gapai dengan tanganmu. Ancala itu berdiri dengan pongah seakan menantangmu untuk segera mendaki punggungnya. Aku mengenyam keheningan Mangli dengan caraku sendiri. Ia menjadi ruang bagi diriku untuk memencilkan diri sejenak dan memberi jeda dari riuh rendah dan hingar bingar keramaian.

Ladang sayur dan buah menghampar luas terlihat dari atas, sementara beberapa petani terlihat sibuk menyirami tanaman di ladang. Mayoritas penduduk dusun Mangli memang petani. Aktivitas keseharian mereka menjadi hal yang menarik buatku. Keindahan alam yang disertai dengan senyum, sapa dan salam hangat masyarakat yang hidup di pemukiman warga tertinggi lereng gunung Sumbing ini adalah sebuah kearifan lokal yang aku temui. Memberikan ketentraman dan kesejukan abadi di hati. Membuatku kerasan untuk berlama-lama dan ingin datang kembali.
Mangli ibarat perempuan desa yang tengah bersolek dan bersenandung. Menata diri dan mempercantik penampilan dengan berbenah di sana sini, demi memesona para pelancong menatap kecantikan alami miliknya. Semerbak aroma pohon pinus dan tanah pegunungan yang basah oleh tetesan embun bak senandung asmara. Terbawa sarayu hingga membuat orgasme para pengelana rimba dan penggairah ancala.

Matahari telah condong ke sisi Barat sebagai penanda bahwa tak lama lagi hari akan menjadi gelap. Jurang malam menjadi pemisah waktu menuju pagi. Aku tahu harus segera pulang menuju kota Magelang. Semburat senja sebentar terlihat di langit Barat, sebelum berganti warna menjadi biru menuju gelap. Sungguh cantik. Mangli beringsut sunyi, seiring warga dusun yang mulai memasuki tempat tinggalnya masing-masing. Menarik sarung rapat-rapat karena hawa dingin mulai menyergap. Pendar lampu terlihat di sana-sini menghiasi perkampungan yang mulai tertutup kabut tipis. Mangli kini tak lagi bersenandung sunyi. Ia mengganti langgamnya menjadi dendang rindu bagi para penikmat alam yang tak sabar untuk segera bersua dan mengikat asmara.
Jadi, kapan kamu ke Mangli?
— Dusun Mangli, Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Magelang, Desember 2018
#Mangli #WisataMangli #WisataMagelang #DestinasiWisataMagelang


Membaca tulisan seperti ini, selalu meninggalkan kesan syukur yang luar biasa kepada Tuhan yang Maha Kuasa, terutama syukur atas tanah air yang kaya dan sungguh sangat indah.
Jika surga itu ada di bumi, letakkan pasti di salah satu wilayah di Indonesia ini.
Tulisan yang sangat luar biasa, Kak.
LikeLiked by 2 people
Terima kasih apresiasinya, mbak Frani
Yes, indeed. Indonesia memang sangat kaya akan tempat yang indah dan menyenangkan. Bersyukur banget.
LikeLiked by 1 person
Betul sekali, Kak. Kita bersyukur karena dilahirkan, tumbuh besar hingga saat ini di tanah air yang kaya dan subur. Adalah kewajiban kita selanjutnya untuk menjaga dan merawatnya.
LikeLiked by 2 people
Naahh itu dia, mbak. Yang susah kan menjaga dan merawatnya, PR banget buat kita 🙂
LikeLiked by 1 person
Menghanyutkan sekali narasinya 🙂
LikeLiked by 1 person
Kayak sungai ya, Oom? Menghanyutkan 😀
Aku belajar dari penjenengan lho iki
LikeLiked by 1 person
Wualah opo tho haha
LikeLiked by 1 person
Apik tenan e pemandangannya mas, sampai sore pun bisa betah disana
LikeLiked by 2 people
Iyaa benar. Bikin betah nongkrong tempatnya 🙂
LikeLike
Apalagi seperti saat ini mas, benar-benar betah nungguin senjanya 😀
LikeLiked by 2 people
Naah itu dia. Masa pandemic membawa berkah, langit dan udara jadi bersih. Pasti keren banget di atas sana
LikeLike
Haruse nginep sakwengi, Buddy.
Menikmati kopi di dinginnya Mangli bersama warga. Pasti keren. Trus paginya…..beuh, tau sendiri kudu ngapain?.
LikeLiked by 1 person
Naah itu dia. Yuuk lah ke sana, oom. Setelah festival 5 gunung yaa tahun ini
LikeLike
Tadinya sempat kuingat-ingat kok kayaknya kenal nama desa Mangli .. tapi lupa berada dimana …
Setelah nyekrol layar ke bawah baeulah ngeh kalo itu di kabupaten kotaku 😄.
Memang betul keren viewnya ya, mas.
Aku pernah datang kesana satu kali 😁
LikeLiked by 1 person
Naah kan. Mangli memang keren alam nya yes
LikeLike
Beberapa tahun lalu pernah baca tulisan kawan soal hutan pinus Mangli. Tapi, karena dia nggak cerita banyak soal Mangli secara umum, saya nggak tau kalau ternyata Mangli punya titik-titik menarik lain selain hutan pinus.
Postingannya keren, Mas. 🙂
LikeLiked by 1 person
Terima kasih apresiasinya, mas.
Hutan pinus Mangli letaknya nggak terlalu jauh dari tempat yang saya singgahi ini, mas. Mungkin 20 menit jalan kaki. Hutan pinus itu sekaligus sebagai base camp para pendaki sebelum nanjak. Begitu sih informasinya.
LikeLike