Jika aku tulis nama Dewi Sastraviyana Panduwinata tentunya tidak serta merta tahu siapa ia. Tetapi ketika aku sebut nama panggungnya Vina Panduwinata (VP), siapa yang tak kenal. Penyanyi wanita kelahiran Bogor ini memang banyak fans fanatiknya, terutama bagi mereka yang masa remajanya akrab dengan lagu-lagu VP. Kalau nggak tahu juga, anda termasuk kuper dan kudet… Hahahaha
Minggu lalu bertempat di sebuah gedung pertunjukan di Jakarta yang letaknya tak jauh dari simpang susun Semanggi, dihelat konser VP dengan tajuk “September Ceria”. Tiket yang dibandrol kisaran 300 ribu paling murah hingga sejuta itu kabarnya ludes terjual. Tidak heran karena VP yang memulai karir musiknya tahun 1981 hingga sekarang pastinya mempunyai basis fans fanatik yang banyak, boleh diadu dengan jumlah massa front pembela apalah apalah itu. Aku kebetulan mendapat kesempatan meliput acara konser ini. Hmm rejeki anak sholeh…
VP yang komunikatif
Konser malam itu diawali dengan lagu “Kumpul Bocah” yang dibawakan VP bersama Parasanama Choir, dan tak lupa mengusung banyak anak kecil ke atas panggung. Aksi panggungnya tetap centil dan komunikatif dengan penonton, membuat seakan tidak ada jarak. Sesekali ia mempersilakan penonton untuk bernyanyi.
Dilagu “Anakku”, VP berinteraksi dengan anak semata wayangnya Vito. Tampak lagu ini terbalut emosi yang cukup dalam diantara ibu dan anak tersebut. Rian D’Masiv yang menjadi salah satu bintang tamu membawakan lagu “Citra Biru” yang diambil dari album berjudul sama keluaran 1981. Ketika lagu “Kisah Insani” yang dinyanyikan duet dengan VP, suara Rian mengingatkan penonton akan sosok almarhum Chrisye – penyanyi duet aslinya.
VP yang meng-Agnes Mo
VP banyak menggandeng penyanyi muda untuk berkolaborasi dengannya. Sebut saja Hedi Yunus dan Citra Scholastika yang banyak disebut sebagai “titisan” VP, sama sama centil – kenes dan mempunyai warna vokal yang mirip dengannya. Tiba-tiba follow spot diarahkan ke seperangkat drum di sisi atas panggung. Gebukan garing senar drum yang bertenaga kuda dari Ikmal Tobing, scratching dari turn table DJ Goeslann serta dentuman bass yang menggulung dari Icez memberi warna tersendiri di lagu “Surat Cinta” serta “Burung Camar”. Lagu yang sebenarnya pop ini digubah menjadi lagu sarat hentakan khas Electronic Dance Music (EDM). Mungkin jika lagu ini dibawakan oleh Agnes Mo akan terlihat lebih rancak dan full power, pikirku. Membuatku sedikit jejingkrakan. Bangsat, keren mampus ini musisi-musisi! Edaan!
“September Ceria” karangan James F. Sundah menjadi lagu yang dibawakan selanjutnya. Lagu ini memang identik dengan VP, dan menjadi lagu terbaik ciptaan James. Selain lagu ini James juga menciptakan lagu yang didapuk menjadi salah satu lagu berbahasa Indonesia terbaik sepanjang masa versi majalah Rolling Stones Indonesia, yaitu “Lilin Lilin Kecil”. Tante Reza Artamevia muncul entah darimana sebagai misteri guest malam itu. Kolaborasi suara yang bertenaga dan sexy dari Reza ditimpali suara merdu VP menjadi gong di pertunjukan malam ini.
Penonton konser yang merangsek ke depan panggung sepertinya tak rela seketika kehilangan “jiwa” VP. Teriakan “we want more – we want more” saling bersahutan. Ketika petikan gitar akustik dan bait demi bait lagu terlantunkan memenuhi ruangan, penonton sontak bertepuk tangan kemudian terlarut dalam lirik lagu yang sarat kata cinta ini. Koor berjamaah menggema. Lagu terakhir “Aku Makin Cinta” menjadi encore malam itu. Loka Manya Prawiro sebagai pencipta lagu ini sepertinya harus berbangga, karena lagu ini dikenang banyak pendengar dan penikmat musik – pun jadi jingle iklan merk sabun colek.
VP dan tengkleng Solo
Menikmati konser penyanyi berjuluk Burung Camar ini cukup menyenangkan. Lagu-lagunya yang easy listening menjadikan mudah dikenal khalayak ramai. Tak perlu serius ketika mendengarkannya, karena dengan menyetrika bajupun kita masih dapat menikmatinya. Dari banyaknya lagu yang dinyanyikan menjadi hits, dedikasi serta sumbangsih VP di dunia musik Indonesia tak heran jika ajang Anugerah Musik Indonesia mengganjarnya dengan Lifetime Achievement tahun 2006.
Pertunjukan malam itu terbilang cukup sukses. Tak kurang selebriti musik sebut saja Deddy Dhukun, Dian PP, Atiek CB dan Roni Sianturi, James F Sundah, Oddy Agam tampak kelihatan malam itu. Kualitas suara VP tak perlu diragukan lagi, masih tetap terjaga walupun usia sudah tidak bisa dibilang muda lagi. Aksi panggung yang komunikatif ditambah tata panggung dan lighting yang bagus sepertinya menjadikan nilai plus. Keberanian VP keluar dari zona nyaman dan menghadirkan musik up beat bolehlah diacungi jempol. Lebih kekinian. Sound system tertata rapi dan dapat dinikmati dengan nyaman dari setiap sudut gedung pertunjukan. Aku rekomendasikan duduk di sweet spot untuk mendapatkan suara yang seimbang dan enak di telinga. Gangguan sedikit pada sound system di tengah pertunjukan sepertinya bisa dimaafkan, toh penonton tetap menikmati lagu demi lagu yang dinyanyikan. It’s OK, brad.
Menonton konser “September Ceria” yang sarat cinta malam itu seperti cinta saya kepada makanan tengkleng. Seumpama menikmati sepiring tengkleng Solo yang masih panas kemebul dimana kuat rasa kuahnya dengan bumbu rempah, ditambah sedikit lada dan sedikit gerusan cabai. Menggigit olahan daging disudut tulang yang membius kecap lidah. Jangan lupakan jeruk panasnya. Pedas, segar dan kenyang dan tentu saja keringatan hehehe…
Mas, ga kebayang kalo pas nonton konser sangu tengkleng diplastiki. Kuahnya disusrup pake sedotan, dan kemebulnya ditambahi efek rokok. Pasti maknyus hahahahaha
LikeLike
Asyeeem… Bau kambing bakalan meruar ke sudut ruangan, mas; terus aku bakalan diusir security dengan dalih menyebarkan bau “busuk” tur enak… Hahahaha
LikeLike